Rumah adat Jawa Timur Joglo dasar filosofi dan arsitekturnya sama dengan rumah adat di Jawa Tengah Joglo. Rumah adat Joglo di Jawa Timur masih dapat kita temui banyak di daerah Ponorogo. Pengaruh Agama Islam yang berbaur dengan kepercayaan animisme, agama Hindu dan Budha masih mengakar kuat dan itu sangat berpengaruh dalam arsitekturnya yang kentara dengan filsafat
sikretismenya. Rumah Joglo umumnya terbuat dari kayu Jati. Sebutan Joglo mengacu pada bentuk atapnya, mengambil stilasi bentuk sebuah gunung. Stilasi bentuk gunung bertujuan untuk pengambilan filosofi yang terkandung di dalamnya dan diberi nama atap Tajug, tapi untuk rumahhunian atau sebagai tempat tinggal, atapnya terdiri dari 2 tajug yang disebut atap Joglo/Juglo / Tajug Loro.
Dalam kehidupan orang Jawa gunung merupakan sesuatu yang tinggi dan disakralkan dan banyak dituangkan kedalam berbagai simbol, khususnya untuk simbol-simbol yang berkenaan dengan sesuatu yang magis atau mistis. Hal ini karena adanya pengaruh kuat keyakinan bahwa gunung atau tempat yang tinggi adalah tempat yang dianggap suci dan tempat tinggal para Dewa.
Pengaruh kepercayaan animisme, Hindu dan Budha masih sangat kental mempengaruhi bentuk dan tata ruang rumah Joglo tersebut contohnya: Dalam rumah adat Joglo, umumnya sebelum memasuki ruang induk kita akan melewati sebuah pintu yang memiliki hiasan sulur gelung ataumakara. Hiasan ini ditujukan untuk tolak balak, menolak maksud – maksud jahat dari luar hal ini masih dipengaruhi oleh kepercayaan animisme.
Kamar tengah merupakan kamar sakral. Dalam kamar ini pemiliki rumah biasanya menyediakan tempat tisur atau katil yang dilengkapi dengan bantal guling, cermin dan sisir dari tanduk. Umumnya juga dilengkapi dengan lampu yang menyala siang dan malam yang berfungsi sebagai pelita, serta ukiran yang memiliki makna sebagai pendidikan rohani, hal ini masih dalam pengaruh ajaran Hindu dan Budha. Untuk rumah Joglo yang terletak di pesisir pantai utara seperti Tuban, Gresik dan Lamongan unsur-unsur di atas di tiadakan karena pengaruh Islam masuk. Melalui akultrasi budaya jawa yang harmoni, penyebaran Islam berbaur harmonis dengan budaya dan adat istiadat kepercayaan animisme, Hindu dan Budha. Islam pun mulai menjalar ke berbagai daerah di Jawa Timur, seperti di Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek, dan sebagian Bojonegoro, sedangkan kota-kota di bagian barat Jawa timur memiliki kemiripan rumah adat Jawa Tengah, terutama Surakarta dan Yogyakarta yang disebut sebagai kota pusat peradaban Jawa.
Rumah Joglo juga menyiratkan kepercayaan kejawen masyarakat Jawa yang berdasarkan sinkretisme. Keharmonisan hubungan antara manusia dan sesamanya (“kawulo” dan “gusti”), serta hubungan antara manusia dengan lingkungan alam di sekitarnya (“microcosmos” dan “macrocosmos”), tecermin pada tata bangunan yang menyusun rumah joglo. Baik itu pada pondasi, jumlah saka guru (tiang utama), bebatur (tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya), dan beragam ornamen penyusun rumah joglo.
Rumah Joglo mempunyai banyak jenis seperti
Joglo Lawakan
Joglo Sinom
Joglo Jompongan
Joglo Pangrawit
Joglo Mangkurat
Arsitektur rumah Joglo menyiratkan pesan-pesan kehidupan manusia terhadap kebutuhan “papan”. Bahwa rumah bukankah sekadar tempat berteduh, tapi ia juga merupakan “perluasan” dari diri manusia itu sendiri. Berbaur harmoni dengan alam di sekitarnya. Rumah Joglo pada umumnya sama pada bentuk global dan tata ruangnya.
2. Pakaian Adat Jawa Timur
Pakaian Adat Jawa Timur Jika kita lihat sekilas, pakaian ini sebetulnya memiliki beberapa kesamaan dengan pakaian adat yang biasa dikenakan orang-orang Jawa Tengah ( Baju Adat Jawa Tengah ). Hal ini disebabkan juga karena masyarakat Jawa Timur tersebut secara historis memang memperoleh banyak sekali pengaruh kebudayaan dari Jawa Tengah yang berkembang lebih dominan pada masa silam lalu. Akan tetapi, meskipun memiliki banyak sekali kemiripan, ada juga beberapa hal yang membedakan kedua jenis pakaian adat tersebut. Pertama, mungkin dari segi coraknya. Corak pakaian adat Jawa Tengah ini yang banyak melambangkan nilai-nilai segi kesopanan dan tatakrama, namun sangat kontras jika dibandingkan dengan baju adat jawa timur yang lebih menonjolkan kepada nilai-nilai ketegasan dan tetap terlihat sederhana juga menjunjung tinggi pada etika.
Kedua, di lihat dari segi perlengkapan pakaian yang dipakai. Baju Adat Jawa Timur dikenakan bersama dengan beberapa aksesoris yang unik, seperti tongkat (sebum dhungket), penutup kepala (odheng), arloji rantai, serta selendang kain yang diselempangkan pada bahu. Terlepas dari kemiripan dan beberapa perbedaan tersebut, baju atau pakaian adat Jawa Timur sendiri dibedakan menjadi 2 macam, antara lain baju pesaan dan baju mantenan. Apa dan bagaimana baju mantenan tersebut dan baju pesaan.
1. Baju Mantenan
sesuaikan dengan namanya, baju ini pada umumnya hanya dikenakan pada saat resepsi pernikahan adat Jawa Timuran oleh para mempelai. Baik itu untuk mempelai laki-laki maupun untuk mempelai wanitanya, baju mantenan ini juga memiliki corak warna yang sama, yaitu warna hitam sebagai warna dasar dan warna merah untuk motif hiasannya. Untuk penggunaan pakaian ini juga dilengkapi penutup kepala dan juga rangkaian bunga melati yang dikalungkan di bagian leher untuk mempelai prianya dan digantungkan pada sanggul untuk mempelai wanita. Gelang tangan dan sabuk emas juga dipakai sebagai pelengkap bersama dengan terompah, selendang kain yang diselempangkan pada bahu, juga aksesoris tambahan lainnya. Secara sederhana, kenampakan dari baju mantenan ini bisa kita lihat pada gambar di bawah ini.
2. Baju Pesaan
Baju pesaan khas Madura Baju Adat Jawa Timur Baju pesaan ini sebetulnya merupakan baju keseharian yang biasanya dikenakan hanya oleh orang-orang Madura dan sebagian pesisir utara Jawa Timur. Kendati demikian, karena keunikan dan ciri khas yang dimilikinya, baju ini justru menjadi ikon utama yang mewakili daerah timur pulau jawa di kancah Nasional.
3. Baju Cak dan Baju Ning Jawa Timur, Surabaya
Setiap tahun diadakan sebuah kontes pemilihan bujang dan gadis yang bernama Kontes Cak dan Ning. Dalam kontes tersebut, para bujang dan gadis biasanya mengenakan pakaian khas dari Surabaya yang sempat tenar pada tempo dulu dan masih kerap digunakan hingga saat ini juga dalam acara-acara besar di kantor dan kediaman walikota atau di balai kota. Baju Adat Jawa Timur Cak digunakan oleh para prianya. Pakaian ini pun berupa perpaduan beskap atau jas tutup untuk atasan, jarik sebagai bawahan, kuku macan sebagai hiasan yang digantung pada saku beskap, terompah, dan sapu tangan merah. Sementara itu pakaian adat Jawa Timur Ning dikenakan oleh para wanitanya. Pakaian ini berupa perpaduan dari kebaya sebagai atasan, jarik untuk bawahan, kerudung lengkap dengan renda, dan beragam aksesoris tambahan lainnya seperti anting, selop, selendang, dan gelang.
3. Tari-tarian Daerah Jawa Timur
1. Tari Reog Ponorogo
Tari Reog berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dan 6-8 wanita. Tarian ini melewati beberapa sesi, sehingga memiliki durasi yang terbilang panjang. Tapi kalau kamu suka dengan seni, tidak akan bosen deh melihatnya.Menurut sejarah, tarian ini diambil dari perjalanan Prabu Kelana Sewandana yang sedang mencari pujaan hatinya, perjalanan beliau ditemani oleh prajurit dan patihnya yaitu Bujangganong. Hingga akhirnya bertemulah ia dengan Dewi Sanggalangit seorang putri Kediri. Namun, ia akan menerima cintanya bila Sang Prabu berhasil menciptakan sebuah kesenian.
Disinilah mulai terciptanya Tari Reog demi membuktikan cinta Prabu Kelana pada Sang Putri. Ia meminta bala bantuan prajurit-prajuritnya untuk mengisikan tarian yang diciptakannya.
Terciptalah 5 komponen penari yang mengisi Tari Reog Ponorogo, yaitu :
- Prabu Kelono Sewandono
- Patih Bujangganong
- Jathil
- Warok
- Pembarong
2. Tari Gandrung Banyuwangi
Tarian tradisional selanjutnya bernama Tari Gandrung Banyuwangi berasal dari Banyuwangi, kata gandrung melambangan panggilan Dewi Sri, dimana pada zaman itu Dewi Sri dianggap Dewi Padi yang dapat memberi kesuburan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Tarian ini juga satu genre dengan tarian Ketuk Tilu. Menurut sejarah, tarian ini muncul pada saat dibangunnya ibu kota Balambangan, hingga akhirnya salah satu seniman menulis suatu makalah tentang seorang lelaki yang keliling ke pedasaan dengan beberapa pemain musiknya.
Cerita itu menjadi cerita rakyat yang dibawa secara turun-temurun. Hingga akhirnya terciptalah Tari Gandrung Banyuwangi, saat itu masyarakat yang menikmatinya akan memberi beberapa barang seperti beras, pangan atau barang lainnya sebagai imbalan.Kostum yang digunakan adalah baju dari beludru, beserta atributnya. Di bagian kepala, menggunakan mahkota bernama omprok, untuk bagian kakinya menggunakan samping batik. Dan musik pengiringnya adalah kempul atau gong.
3.Tari Wayang Topeng
Jika di Jawa Barat ada tari topeng, di Jawa Timur pun sama. Kota Malang adalah asal muasalnya lahir Tari Wayang Topeng, tidak diherankan lagi mengapa disebut tari wayang topeng, hal ini karena penari menggunakan pakaian seperti wayang kulit.Dulunya tari wayang topeng diadakan hanya sebagai pertunjukan ritual saja.
Topeng disini dilambangkan sebagai rasa apresiasi pada wajah nenek moyang. Dimana saat itu topeng memiliki arti menghargai roh leluhur. Tidak heran, bila tarian ini sedikit bernuasana mistik.
Sejarah singkatnya tari wayang topeng digunakan saat agama Islam memasuki wilayah Jawa, dan tarian ini dijadikan salah satu trik untuk merebut hati orang Jawa yang saat itu agama Hindu masih kental.
Ternyata beda dengan Tari Topeng asal Jawa Barat yang menggunakan background sejarah wayang golek. Tari topeng Jawa Timur ini mengisahkan cerita Ramayana dan Panji.Musik pengiring yang digunakan adalah bonang, gong, gamelan dan kendang.
4. Tari Jaranan Buto
Tarian traidisional berikut berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Kata ‘buto’ mengandung arti raksasa. Jadi, tari jaranan buto mengandung arti kuda lumping raksasa. Tarian ini biasanya dimainkan oleh 16-20 orang. Hanya saja, tarian ini pun hampir musnah, biasanya tarian ini dipentaskan ketika ada acara khinatan dan pernikahan. Penarinya pun rata-rata laki-laki.Bisa dilihat pada gambar, mereka bermake up tebal dan sangat menyeramkan. Konon katanya karena Jaranan Buto diambil dari Menak Jinggo. Sosok manusia yang berwajah raksasa.
Gerakannya pun terkadang ekstrim, ada akting bertengkar. Hati-hatilah kamu bila ingin mengikuti tarian ini, tidak aneh bila di akhir acara salah satu pemain akan kesurupan.
Musik yang digunakan adalah kendang, dua gong besar, kecer, dua bonang, dan kempul terompet.
5.Tari Remo
Tarian tradisional selanjutnya adalah Tari Remo. Zaman dulu tari remo menjadi salah satu tarian untuk menyambut tamu agung.
Tarian ini diciptakan oleh pengamen saat tempo dulu. Pada masa itu, memang hampir kebanyakan orang diharuskan untuk bisa menari. Bahkan pengamen pun bisa menari.
Biasanya tarian ini ditarikan oleh laki-laki, namun seiring dengan zaman tarian ini boleh dibawa oleh perempuan hingga dimunculkan nama tarian Tari Remo Putri. Dulunya, tarian ini sebagai pembuka pertunjukan ludruk. Seiring dengan zaman tarian ini dipentaskan setiap ada pertunjukan kesenian.
Busana yang digunakan pun berbeda-beda yaitu busana gaya Surabayan, gaya malangan, remo putri, jombangan, dan sawunggaling. Musik pengiringnya adalah gamelan.
4. Senjata Tradisional Jawa Timur
Senjata tradisional merupakan produk budaya yang lekat hubungannya dengan suatu masyarakat. Selain digunakan untuk berlindung dari serangan musuh, senjata tradisional juga digunakan dalam kegiatan berladang dan berburu. Lebih dari fungsinya, senjata tradisional kini menjadi identitas suatu bangsa yang turut memperkaya khazanah kebudayaan nusantara.
1. Keris Jawa Timur
Awal mula munculnya senjata keris tidak ada kepastian. Namun pada jaman Pajajaran dan Majapahit (abad XI), senjata Keris sudah di kenal di kalangan masyarakat luas, khususnya di Pulau Jawa dan Madura. Dan sumber buku Babad di sebutkan bahwa pada jaman sudah ada beberapa orang Empu di Pulau Jawa. Di Pulau Madura, menurut berbagai informasi, banyak di jumpai Empu. Nama Empu yang di populerkan di Pulau Madura: Empu Keleng, Empu Pandhewu, Empu Luwih, dan Empu Sanung. Senjata keris ini berfungsi untuk alat menyerang, membela diri dan berburu.
Keris adalah Senjata tikam yang ujungnya runcing dan pada kedua belah sisinya bermata tajam. Keris adalah salah satu senjata tradisional yang terdapat di Desa Lenteng Barat, Kec. Lenteng, Kab. Sumenep, Jawa Timur. Mengenai kapan munculnya senjata tradisional tersebut, tidak ada bukti jelas. Namun, sejata tradisional Keris yang ada di Pulau Jawa. Keris merupakan senjata tradisional yang di kategorikan untuk menyerang dan membela diri. Proses pembuatan keris memakai aturan tertentu. dalam persiapan, di pilih hari Jumat Pon, Sabtu Wage atau Ahad Kliwon. Pantangannya adalah tiga hari sesudah kelahiran orang yang membuat senjata merupakan hari naas. Bulan Muharam sampai Maulud juga jadi pantangan. Pembuatan Keris juga di lengkapi dengan sesaji. Keris mempunyai fungsi sosial sebagai alat untuk menyerang, membela diri, dan berburu.
2. Clurit Kembang Turi
Bagi masyarakat Madura, Celurit tak dapat dipisahkan dari budaya dan tradisi mereka hingga saat ini. Senjata tradisional ini memiliki bilahnya berbentuk melengkung bentuk bilah inilah yang menjadi ciri khasnya. Celurit menjadi senjata khas suku Madura yang biasa digunakan sebagai senjata carok.
Senjata ini melegenda sebagai senjata yang biasa digunakan oleh tokoh bernama Sakera. Masyarakat Madura biasanya memasukkan khodam, sejenis makhluk gaib yang menempati suatu benda, ke dalam celurit dengan cara merapalkan doa-doa sebelum carok. Walaupun demikian, pada dasarnya fungsi utama senjata ini merupakan salahsatu dari alat pertanian.
3.Gagang (pegangan)
Senjata (alat) ini berfungsi sebagai alat untuk membantu aktivitas sehari-hari bagi suku Using di Banyuwangi dan untuk menjaga diri dari berbagai ancaman. Senjata ini dilengkapi dengan sarung pelindung.
Ukurannya
1. Lengkap berserta sarung pelindungnya adalah 46,5cm
2. Pengangan 18cm
3. Sarung 29cm
4. Hiasan sarung 10cm
5.Suku bangsa
Mayoritas penduduk Jawa Timur adalah Suku Jawa, namun demikian, etnisitas di Jawa Timur lebih heterogen. Suku Jawa menyebar hampir di seluruh wilayah Jawa Timur daratan. Suku Madura mendiami di Pulau Madura, dan daerah Tapal Kuda (Jawa Timur bagian timur), terutama di daerah pesisir utara, dan selatan. Di sejumlah kawasan Tapal Kuda, Suku Madura bahkan merupakan mayoritas. Hampir di seluruh kota di Jawa Timur terdapat minoritas Suku Madura, umumnya mereka bekerja di sektor informal.
Suku Bawean mendiami Pulau Bawean di bagian utara Kabupaten Gresik. Suku Tengger, konon adalah keturunan pelarian Kerajaan Majapahit, tersebar di Pegunungan Tengger, dan sekitarnya. Suku Osing tinggal di sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi. Orang Samin tinggal di sebagian pedalaman Kabupaten Bojonegoro.
Selain penduduk asli, Jawa Timur juga merupakan tempat tinggal bagi para pendatang. Orang Tionghoa adalah minoritas yang cukup signifikan, dan mayoritas di beberapa tempat, diikuti dengan Arab; mereka umumnya tinggal di daerah perkotaan. Suku Bali juga tinggal di sejumlah desa di Kabupaten Banyuwangi. Dewasa ini banyak ekspatriat tinggal di Jawa Timur, terutama di Surabaya, dan sejumlah kawasan industri lainnya.
- Suku Jawa
- Suku Madura
- Suku Osing
- Tionghoa
- Suku Bawean
- Suku Sunda
- Suku Tengger
- Arab
- Suku Bugis
- Suku Banjar
- Suku Betawi
- Suku Minangkabau
- Suku Banten
Batik Jawa Timur Jauh Lebih Tua daripada Usia Batik Jateng, Batik masih sering diidentikkan dengan masyarakat Jawa Tengah. Yang sesungguhnya, batik Jawa Timur Jebih kaya corak dan usianya jauh lebih tua. Sebuah pekerjaan rumah bagi penggiat batik Jatim untuk lebih mengenalkan ciri khas mereka di mata publik. Batik Jawa Timur Warna dan garis tegas Tiap 38 Kabupaten/Kota punya motif khas Tidak memiliki pakem alias bebas Mayoritas gambar motif berukuran besar-besar. Banyak mewakili alam (hewan/tumbuhan). Batik Daerah Lain Warna dan garis lebih halus Ciri khas dan motif terbatas Terikat pakem khusus Motif teratur sesuai dengan pakem Umumnya menggunakan gambar parang atau simbol-simbol.
- Batik Magetan
Motif kontemporer pun bisa menjadi batik yang laku di Jatim. Berbeda dengan batik Jawa Tengah yang cenderung sa¬ngat halus dan terstruktur.
- Batik Madura
Ternyata, Pulau Madura tak hanya tersohor dengan karapan sapi dan garamnya. Wilayah yang termasuk Provinsi Jawa Timur ini juga terkenal sebagai penghasil batik. Bahkan, produk batiknya memiliki ragam warna dan motif yang tidak kalah dengan produksi daerah lain. Batik Madura menggunakan pewarna alami sehingga warnanya cukup mencolok. Selain warna yang mencolok, seperti kuning, merah atau hijau, batik Madura juga memiliki perbendaharaan motif yang beragam. Misalnya, pucuk tombak, belah ketupat, dan rajut. Bahkan, ada sejumlah motif mengangkat aneka flora dan fauna yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Madura.
- Batik Pacitan
Batik tulis khas pacitan tergolong jenis klasik seperti Motif Sidomulyo, Sekar Jagat, Semen Romodan Kembang-Kembang.
- Batik Sidoarjo
Sidoarjo juga punya Kampoeng batik dengan nama Batik Jetis, Kampoeng ini memproduksi batik tulis dengan motif yang khas dari Sidoarjo. Motif kain batik asal Jetis didominasi flora dan fauna khas Sidoarjo yang memiliki warna-warna cerah, merah, hijau, kuning, dan hitam. Motifnya juga motif kuno, tidak banyak perubahan dari motif yang dulu dipakai oleh para pendahulu.
- Batik Tuban
Batik ini kemudian disebut Batik Gedog. Dalam buku Batik Fabled Cloth of Java karangan Inger McCabe Elliot tertulis, sebenarnya batik Tuban mirip dengan batik Cirebon pada pertengahan abad ke-19. Kemiripan ini terjadi pada penggunaan benang pintal dan penggunaan warna merah dan biru pada proses pencelupan.
- Batik Banyuwangi
Semua nama motif dari batik asli Bumi blambangan banyak dipengaruhi oleh kondisi alam. Misalnya, Batik Gajah Oling yang cukup dikenal itu, motifnya berupa hewan seperti belut yang ukurannya cukup besar. Motif Sembruk Cacing juga motifnya seperti cacing dan motif Gedegan juga kayak gedeg ( anyaman bamboo ).
- Batik Mojokerto
Batik Mojokerto merupakan sebuah budaya kerajinan batik yang sejarahnya berkembang dengan masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Keunikan batik Mojokerto adalah pada nama-nama coraknya yang sangat asing dan aneh di telinga sebagian orang. Misalnya gedeg rubuh, matahari, mrico bolong, pring sedapur, grinsing, atau surya majapait. Batik Mojokerto kini memiliki 6 motif yang telah dipatenkan, yakni pring sedapur, mrico bolong, sisik gringsing, koro renteng, rawan indek dan matahari.
Desain batik itu Mojokerto mengambil corak alam sekitar kehidupan manusia. Misalnya motif pring sedapur merupakan gambar rumpun bambu dengan daun-daun menjuntai. Ada burung merak bertengger. Warna dasarnya putih dengan batang bambu warna biru. Sedangkan daunnya warna biru dan hitam. Demikian pula motif gedeg rubuh, coraknya mirip seperti anyaman bambu yang miring. Kalau mrico bolong, motifnya berupa bulatan merica berlubang.
- Batik Ponorogo
Batik Ponorogo terkenal dengan motif meraknya yang diilhami dari kesenian reog yang menjadi ikon di daerah ini. Hingga kini paling tidak sudah 25 corak batik Ponorogo diciptakan. Motif batik lainnya antara lain merak tarung, merak romantis, sekar jagad, dan batik reog.
Konsep reog benar2 menjadi inspirasi bagi pembuatan desain Batik Ponorogo. Seperti motif burung Merak, seperti punggung merak reog Ponorogo atau bahkan konsep punggung reog ponorogo itu sendiri.
- Batik Tulungagung
Pesona batik Tulungagung terletak pada tingkat keberanian memadukan warna untuk menghasilkan batik dengan warna yang berbeda. Dari yang kebanyakan berwarna coklat maupun hitam, kini lebih berani dengan memainkan warna yang lebih cerah. Beberapa motif yang paling banyak dibuat di Tulungagung antara lain “buket ceprik gringsing”,”buket ceprik pacit ungker”, serta “lereng buket”. Ketiga motif tersebut merupakan satu di antara 86 motif yang dimiliki para perajin di Tulungagung.
7. Alat Musik Tradisional Jawa Timur
Alat musik tradisional daerah Jawa Timur pada umumnya sama dengan alat-alat musik tradisional/ daerah yang terdapat di Jawa Tengah, yaitu gamelan. Jenis-jenis alat musik lain juga terdapat di Provinsi Jawa Timur. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi berbagai jenis kesenian. Berikut beberapa jenis musik beserta alat musik yang digunakan untuk mengiringi. Beberapa seni musik tradisional di Provinsi Jawa Timur sebagai berikut.
- Gamelan merupakan jenis musik tradisional Jawa yang terdiri atas beberapa instrumen (alat) musik, seperti bonang, saron, kendang, gong, gambang, gender, demung, ketuk, dan rebab. Seperangkat musik gamelan yang terdiri atas gamelan laras slendro dan laras pelog disebut gamelan sepangkon.Pengiring Reog adalah jenis musik untuk mengiringi kesenian Reog Ponorogo yang terdiri atas terompet, gong, dan kendang.
- Patrol merupakan jenis musik yang peralatannya menggunakan kentongan bambu atau kayu yang dibunyikan dengan irama teratur sehingga menghasiikan suara yang enak didengar. Pada awalnya digunakan untuk kegiatan ronda malam (siskamling), kemudian berkembang menjadi musik yang diperdengarkan pada malam hari di bulan Ramadan untuk membangunkan orang sahur.
- Gedokan termasuk jenis musik tradisional dari daerah Kabupaten Banyuwangi yang dipergelarkan pada waktu orang punya hajatan. Alat musiknya terdiri atas lumpang (lesung), alu (antan), dan dua potong besi.
- Bordah merupakan jenis musik tradisional dari daerah Kabupaten Banyuwangi yang bernapaskan Islam. Alat musiknya terdiri atas terbangan atau rebana dalam berbagai ukuran. Rebana tersebut dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu kasidahan.
- Terbang merupakan jenis musik tradisional dari daerah Kabupaten Banyuwangi yang bernapaskan Islam. Alat musiknya terdiri atas rebana (sebagai alat musik pokok) yang dilengkapi dengan kendang, ketuk, jidor (bedhug) dengan tiga macam ukuran, gong, dan organ.
- Angklung adalah musik tradisional dari daerah Kabupaten Banyuwangi yang dimainkan oleh 12-14 orang dengan peralatan angklung, saron, kendang, dan gong. Jenis musik angklung ada empat macam, yaitu angklung caruk, angklung tetak, angklung paglak, dan angklung blambangan.
Istilah lagu daerah ada yang menyebutnya sebagai lagu rakyat. Lagu-lagu derah Jawa Timur antara lain, Kerraban Sape, Bapak Tane (Pajjer Laggu), Lir-Saailir, Dulkanaa’ Dulkannong, Gai’ Bintang, Bing Ana’, Grimis-Grimis, Jembatan Merah, Surabaya Oh Surabaya, dan Rek Ayo Rek. Selain lagu daerah, berapa suku bangsa di Provinsi Jawa Timur juga mengenal tembang yang terdiri atas:
Tembang Gedhe (Sekar Ageng), seperti Kusumastuti, Pamularsih, Maduretna, Lebdajiwa, Kusumawicitra, Sudiradraka, Basanta, Mangga Iagita, Sikarini, Nagabanda, Banjarsari, Tepikawuri, Bremarakrasa, Kuswarini, Sarapada, Tebukasol, Madayanti, Sudirawicitra, Meraknguwun, dan Candrakusurna.
Tembang Tengahan (Sekar Tengahan), seperti Balabak, Wirangrong, Jurudemung, Dudukwuluh, Pangajabsih, Lontang, Palugon, Pranasrnara, Rangsang Tuban, Sardhula Kawekas, Kenya Kedhiri, Sari Mulat, dan Rarabentrok.
Sumber:https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/08/kebudayaan-provinsi-jawa-timur.html
http://bernikabenyang79.000webhostapp.com/batik-jawa-timur/
http://www.senibudayaku.com/2017/11/kesenian-tradisional-jawa-timur.html
No comments:
Post a Comment