Bangsa ini bukan milik satu agama,satu ras,ataupun satu budaya,ini INDONESIA. #indonesia#negeriku.

Budaya Provinsi Kalimantan.

1. KALIMANTAN TIMUR.
 1. Rumah Adat.

 Rumah adat Kalimantan Timur dinamakan Rumah Lamin. Rumah Lamin adalah rumah adat suku Dayak Kenyah diKalimantan Timur. Rumah itu berbentu panggung setinggi 3m dari tanah dan dihuni oleh 25-30 kepala keluarga. Ujung atap rumah diberi hiasan kepala naga, simbol keangungan, budi luhur, dan kepahlawanan. Halaman rumah diisi oleh patung patung Blontang, menggambarkan dewa
dewa sebagai penjaga rumah atau kampung

Rumah lamin terbagi atas ruang dapur, ruang tidur dan ruang tengah guna menerima tamu atau pertemuan adat. Tangga untuk naik kerumah lamin terbuat dari satu pohon. Bentuk tangga ini tak berbeda antara rumah bangsawan dan rumah rakyat biasa. Dinding rumah terbuat dari katu diselingi daun rumbia, sedangkan kolong rumah dapan dipergunakan untuk memelihara ternak.

2. Pakaian Adat




Pria dari Kalimantan Timur memakai tutup kepala (topi) berhiaskan bulu bulu enggang, baju rompi dan kain tenun sebatas lutut. Sebuah tameng dengan hiasan yang khas berada ditangannya. Hiasan lainnya adalah kalung yang terbuat dari tulang atau gigi binatang.
Sedangkan wanitanya memakai topi dengan hiasan yang khas baju rompi dan kain (rok) dengan warna dan hiasan yang khas pula. Perhiasan yang dipakai adalah kalung dan beberapa gelang dikedua belah tangannya.

3. Tari tarian Daerah Kalimantan Timur

  •     Tari Gong, dipertunjukkan pada waktu upacara penyambutan terhadap tamu agung. Dapat pula dipertunjukkan sewaktu kelahiran seorang bayi kepala suku. Tari ini bersumber dari tari tradisi Dayak Kenyah, yang merupakan gabungan dari tari perang dan tari gong. Keseluruhannya menggambarkan kisah dua orang pemuda yang memperebutkan seorang putri yang kemudian menjelma menjadi seekor burung.


  • Tari Perang, tari yang mempertunjukkan pertarungan dua orang pemuda salam memperebutkan seorang gadis.
  •  Hudug dan Belian, adalah tari tarian yang mengandung kepercayaan magic untuk mengusir  roh jahat yang menganggu.
  •  Tarian Gantar dari Suku Dayak Benuaq
  •  Tarian Ngeleway dari Suku Dayak Benuaq
  •  Tarian Ngerangkaw dari Suku Dayak Benuaq
  •  Tarian Kencet dari Suku Dayak Kenyah
  •  Tarian Datun dari Suku Dayak Kenyah
  •  Tarian Hudoq dari Suku Dayak Wehea
  •  Tarian Kejien dari Suku Dayak Wehea
  •  Tarian Maropeng dari Suku Banjar Samarinda 
 4. Senjata Tradisional 1. Senjata Tradisional Kalimatan Timur - Mandau


Mandau adalah senjata tradisional yang digunakan oleh masyarakat suku dayak yang ada di Kalimatan Timur. Untuk mengenal lebih lengkap mengenai Mandau ini, sobat bisa kunjungi artikel : Mandau, Senjata Tradisional Kalimatan Utara.

2. Senjata Tradisional Kalimatan Timur - Bujak



Bujak adalah senjata tradisional Kalimatan Timur yang merupakan senjata sejenis tombak. Sat ini penulis belum menemukan sumber artikel yang membahas senjata bujak yang berasal dari Kalimatan Timur. Namun suatu saat akan diupdate.

3. Senjata Tradisional Kalimantan Timur - Gayang



Gayang adalah senjata tradisional Orang Dayak Kadazandusun, bentuk gayang  mirip dengan Mandau. Perbedaan dengan Mandau pada umumnya terletak pada desain bilah dan sarung yang agak melengkung seperti Parang Ilangnya Dayak Iban.  Ukuran panjangnya lebih panjang dari Mandau pada umumnya. Seperti mandau, gayang juga dibuat dengan ritual-ritual tertentu. Saat pembuatannya, “dompuran” atau tempat membakar bilahnya maka akan diritualkan dengan ritual “subak”, mengunakan ayam jenis komburak (ayam putih), tanpa ritual, maka sang empu penempa gayang bisa terkena tulah seperti ditulikan telinganya, dikaburkan matanya dan api pembakar mati sendiri.

“Dompuran” juga terlebih dahulu ditaburi garam dan dibacakan mantera atau rinait “ponusi” agar supaya kelak gayang akan menjadi berbisa. Ketika gayang sudah siap, yang pertama dilakukan oleh penempa gayang adalah mengorbankan seekor ayam jantan merah dan darahnya disimbahkan ke gayang, penempa membacakan rinait “pongoboh” sebagai tanda gayang itu bukan lagi “benda mati” tapi “benda hidup” yang harus dijaga oleh tuannya.

Penyembelihan ayam jantan merah tanda bahwa gayang itu kelak akan menjatuhkan setiap laki-laki yang perkasa sebab ayam jantan melambang kegagahan. Menurut orang tua, gayang yang sudah “disubak” dan “dikoboh” itu akan menjadi seperti makhluk bernyawa, dan makanannya adalah darah dan otak manusia. Maka, setiap kali seorang pahlawan membunuh musuhnya, mereka akan mengambil otaknya dan memasukkan ke dalam satu lubang hulu gayang dan juga di dalam sarung gayang, dengan itu, semangat musuh akan tinggal dalam gayang tadi.

4. Senjata Tradisional Kalimantan Timur - Sumpit



Sumpit merupakan senjata tradisional yang digunakan dengan cara ditiup. Senjata ini digunakan untuk berburu, maupun untuk sejata perang. Sumpit dibuat dari bilah bambu untuk batang (pipa sumpit) dengan anak sumpit (damek) dibuat dari bilah bambu, lidi aren atau sirap. Ujung sumpit diberi tombak yang dibuat dari besi atau batu gunung yang diikatkan pada ujung sumpit.

Senjata sumpit yang mengandalkan kekuatan meniup ini bisa dibidikan dengan sasaran yang cukup jauh, yaitu sekitar 30 m untuk sasaran horizontal dan 25 m untuk sasaran vertikal.

Dengan senjata sumpit inilah masyarakat dayak pada zaman dahulu berburu hewan seperti burung yang ada diatas pohon maupun hewan-hewan liar dari jarak yang cukup jauh.
5. Suku
Suku dan marga yang terdapat didaerah Kalimantan Timur adalah : Dayak, Tidung, Kenyah, Bulungan, Berusu, Kayan, Abai, dan lain lain.
6. Bahasa Daerah : Kenyah, Kayan, dan lain lain.
7. Lagu Daerah : Indung indung. Tingkilan (suku Kutai),Musik Sempek/Kejien (suku Dayak Wehea).

8.Upacara Adat. 
Upacara adat daerah ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu upacara yang berhubungan dengan daur hidup manusia dan upacara yang berhubungan dengan masyarakat serta lingkungan. Jenis upacara adat yang berhubungan dengan daur hidup masyarakat Provinsi Kalimantan Timur sebagai berikut.
  • Masa Kelahiran 
Upacara yang dilakukan pada masa ini ada beberapa jenis. Namun, yang menjadi perhatian khusus yaitu bayi yang lahir pada bulan Safar. Menurut kepercayaan, anak tersebut akan menemui banyak bahaya (naas) sepanjang hidupnya. Agar terhindar dari malapetaka, harus diadakan upacara timbangan. Upacara timbangan dilakukan dengan cara anak disetimbangkan dengan sejumlah buah-buahan. Upacara ini diadakan setiap tahun pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Dalam tradisi masyarakat Kutai juga ada upacara naik ayun/ tasmiyah, yaitu upacara pemberian nama bayi yang baru lahir.
  • Masa Dewasa
Upacara pada masa ini terutama untuk mencari jodoh untuk pasangan hidup. Kesempatan berkenalan untuk memilih ini dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan adat. seperti berharian (pelaa’ru), ngayang, dan purun. Berharian yaitu bekerja bersama secara bergantian. Ngayang yaitu bertamunya seorang pemuda ke rumah pemudi pada malam hari. Purun yaitu wisata bersama sambil memasak atau menyiapkan alat-alat penangkap ikan.
  • Perkawinan
Upacara pada masa ini merupakan simbol peralihan status seseorang dari masa lajang ke masa berumah tangga. Upacara masa ini dibedakan atas upacara sebelum perkawinan, upacara perkawinan, dan upacara setelah perkawinan. Upacara sebelum parkawinan terdiri atas beberapa tahap, seperti melamar, penyerahan tanda ikatan, dan serangkaian ritual sebelum pelaksanaan perkawinan. Upacara perkawinan dilaksanakan di rumah (lamin) pengantin laki-laki dengan mengambil tempat pada bagian muka (use). Sesudah perkawinan, kedua pengantin melaksanakan upacara palan. Upacara palan yaitu upacara yang berisi pantangan atau larangan yang tidak boleh dilanggar oleh pengantin, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
  • Masa Kematian
Upacara masa ini untuk tiap-tiap suku bangsa berbeda. Namun, semuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu agar arwah diantarkan dengan selamat ke alam baka dan tidak mangganggu yang ditinggalkan. Upacara kematian suku bangsa Dayak Tunjung terbagi atas tiga jenis, yaitu upacara toho, kenyau, dan kwangkai. Suku bangsa Dayak Benuaq mengenal tiga jenis upacara kematian, yaitu param api, kenyau, dan kwangkai. Upacara kematian suku bangsa Dayak Bahau terdiri atas lima tahap, yaitu madu pate (memandikan mayat), makan berweg (memberi makan mayat), pamakaman (penguburan jenazah), muqak toq (mengusir hantu), dan hadui taknaq (memandikan roh).

Selain upacara adat yang berhubungan dengan daur hidup, ada pula beberapa jenis upacara adat yang berhubungan dengan masyarakat atau lingkungan sekitar.

  • Ngungu Tahun
Ngungu tahun adalah upacara adat suku bangsa Dayak Bahau untuk memelihara tahun. Upacara sejenis dapat ditemui dalam suku bangsa Melayu Kutai di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan nama erau pelas tahun.
  • Mangosang
Mangosang adalah upacara adat suku bangsa Dayak Aboeng untuk menunjukkan semangat keberanian, kesetiaan, dan kecintaan terhadap sukunya.
  • Bob Jengau
Bob jengau adalah upacara adat menanam padi ladang pada suku bangsa Dayak Modang. Upacara sejenis dapat ditemui pada suku-suku lain, seperti Upacara hudoq (suku bangsa bangsa Dayak Kenyah), dongei (suku bangsa Dayak Bahau), dan kwangkai (suku bangsa Dayak Tunjung dan Benuaq).
  • Pelambe
Pelambe adalah upacara adat pada suku bangsa Dayak Punan. Upacara ini dilakukan jika pada tahun berjalan tidak mendapatkan hasil panen yang baik, tidak ada musim buah, dan tidak ada musim babi.
  • Mamat dan Belawing
Mamat dan belawing adalah upacara adat pada suku bangsa Dayak Kenyah Lepo Tau di Apo Kayan. Upacara ini melambangkan kemenangan, kejayaan, dan keberanian prajurit perang,  serta untuk menolak roh-roh jahat.
  • Upacara Beliatn
Upacara beliatn adalah sebuah ritus penyembuhan yang biasa dilakukan oleh suku bangsa Dayak Benuaq. Ada beberapa jenis upacara beliatn, tetapi yang paling popular dan sering diselenggarakan adalah beliatn bawo dan beliatn Sentiyu. Beliatn Bawo merupakan upacara penyembuhan yang dapat dipimpin tabib perempuan. Upacara ini biasanya dilakukan untuk pengobatan ringan seperti demam pada anak-anak. Sementara itu, beliatn sentiyu merupakan upacara beliatn terbesar yang dipimpin oleh seorang tabib atau lebih. Upacara ini biasanya berlangsung hingga 4 hari 4 malam.

Upacara beliatn biasanya berlangsung di rumah lamin. Sebelum upacara dilakukan, berbagai perlengkapan disiapkan. Persiapan tersebut antara lain menyembelih beberapa ekor babi untuk diambil darahnya, patung-patung kecil yang melambangkan hantu pengganggu, ornamen janur, dan ramuan dari dadaunan. Selain itu, mereka juga menyiapkan masakan khas untuk upacara beliatn, yaitu tumpi dan lemang yang terbuat dari beras ketan.

Upacara beliatn dimulai pada malam hari. Orang-orang yang sakit dibaringkan di lamin. Kerabatnya duduk di samping pasien dan menyaksikan jalannya ritual. Tabib yang mangobati menari dengan diiringi musik tetabuhan sambil melantunkan mantra dalam bahasa Kutai. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan tidak terkendali. Sambil terus menari, tabib beliatn mengoleskan ramuan pada tubuh si pasien. Bagian belakang tubuh si pasien dihisap untuk menyedot roh jahat yang mengganggu. Pada malam terakhir, yaitu malam yang keempat, disembelihlah seekor babi untuk diambil darahnya. Darah babi tersebut dioleskan pada tubuh pasien, sedangkan dagingnya dimasak esok paginya sebagai lauk.

Sesudah upacara beliatn, para pasien belum diizinkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Mereka masih berada pada masa tuhing, yaitu masa tabu untuk menjalani berbagai pantangan. Masa tuhing berlangsung hingga empat hari. SeteIah itu, pasien baru diizinkan kembali ke tempat tinggalnya.

9.Alat Musik :     Kadire/Kaduri/Kelur  Gemer,Jatung Udang, Uding/Urin,Gening,Klentangan, Jatung Adau/ Tuwung/ Tubuhng/Prahil

Sumber : http://www.senibudayaku.com/2017/12/upacara-adat-kalimantan-timur.html
               https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/09/kebudayaan-provinsi-kalimantan-timur.html 


2.KALIMANTAN BARAT.
1.Rumah Adat.


Rumah Panjang adalah salah satu rumah adat dari daerah Kalimantan Barat. Rumah Panjang adalah ciri khas dari masyarakat Dayak yang tinggal di daerah Kalimantan Barat. Hal ini dikarenakan rumah panjang adalah gambaran sosial kehidupan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Rumah panjang juga merupakan pusat kehidupan dari masyarakat Dayak. Saat ini, rumah panjang di Kalimantan Barat dapat dikatakan hampir punah karena jumlahnya yang sedikit. Pada tahun 1960, pemerintah menghancurkan beberapa rumah panjang karena dicurigai menganut paham komunis.

Rumah panjang di daerah Kalimantan Barat identik dengan rumah panjang yang ada di Kalimantan Tengah. Hal ini dikarenakan letak geografi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang sangat berdekatan.Keduanya sama-sama dikenal dengan nama Rumah Betang.

Ciri Khas
Dahulu kala, rumah Panjang dari Kalimantan Barat terbuat dari kayu. Rumah panjang dari Kalimantan Barat mempunyai tinggi 5 sampai 8 meter. Tinggi rumah tergantung dari tinggi tiang yang menopang rumah tersebut. Rumah panjang dari Kalimantan barat mempunyai panjang sekitar 180 meter dan lebar 6 meter. Rumah panjang memiliki sekita 50 ruangan. Ruangan-ruangan ini umumnya dihuni oleh banyak keluarga yang di dalamnya juga termasuk keluarga inti.

Untuk masuk ke rumah panjang, keluarga mengunnakan tangka atau anak tangga. Rumah panjang di Kalimantan Barat mempunyai bentuk yang sempit tetapi dengan ukuran panjang yang ekstrem. Rumah ini hanya terdiri dari satu kamar. Rumah panjang terdiri dari beberapa bagian yaitu teras atau biasa disebut dengan pante, ruang tamu yang biasa disebut dengan samik, dan ruang keluarga.

Dalam ruang tamu terdapat sebuah meja yang disebut pene yang berfungsi sebagai tempat berbicara atau menerima tamu. Pene berbentuk lingkarang dan digunakan untuk meletakkan makanan atau minuman untuk menyambut tamu. Ruang keluarga adalah ruang sederhana yang mempunyai panjang 6 meter dan lebar 6 meter. Bagian belakang rumah panjang digunakan sebagai dapur untuk keluarga. Umumnya, setiap keluarga mempunyai dapur masing-masing.

Fungsi.
Pada umumnya, rumah panjang digunakan untuk tempat tinggal beberapa keluarga. Akan tetapi, rumah panjang tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal saja. Rumah panjang dibangun tinggi karena berfungsi untuk menghindari serangan binatang buas. Tinggi rumah panjang juga berperan untuk menjaga keselamatan keluarga dari serangan suku-suku lain dalam masyarakat Dayak. Rumah panjang juga seringkali digunakan untuk kegiatan-kegiatan masyarakat seperti rapat atau pertemuan-pertemuan. Tidak hanya pertemuan-pertemuan masyarakat, rumah panjang juga dipakai untuk upacara-upacara adat atau ritus-ritus yang ada dalam masyarakat Dayak. Oleh Karena itu, rumah panjang bukan hanya milik pribadi tetapi juga milik masyarakat Dayak.

2. Pakaian Adat


 
Di masa silam, penduduk Kalimantan Barat mengenakan pakaian adat yang sangat sederhana. Pakaian adat Kalimantan Barat tersebut bernama King Baba dan King Bibinge.

A. Pakaian Adat untuk Laki-laki

Pakaian adat Kalimantan Barat untuk Laki-laki bernama King Baba. Dalam bahasa Dayak, King berarti pakaian dan Baba berarti laki-laki. Pakaian ini terbuat dari bahan kulit kayu tanaman ampuro atau kayu kapuo. Kedua jenis kayu ini adalah tumbuhan endemik Kalimantan yang mempunyai kandungan serat tinggi. Untuk membuat king baba, kulit kayu tersebut dipukul-pukul menggunakan palu bulat di dalam air, sehingga hanya tertinggal seratnya saja. Setelah lentur, kulit tersebut kemudian dijemur dan dihias dengan lukisan-lukisan etnik khas Dayak menggunakan bahan pewarna alami. Kulit kayu dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai rompi tanpa lengan dan sebuah celana panjang.

Sebagai hiasan, serat kulit kayu tersebut juga dibuat menjadi semacam ikat kepala. Sebagai pelengkap hiasan, biasanya laki-laki adat suku Dayak di Kalimantan Barat juga akan menyelipkan sehelai bulu burung enggang, burung khas Borneo yang kini mulai langka. Tak lupa, senjata tradisional berupa mandau dan perisai juga dikenakan, terlebih ketika mereka hendak berperang. Oleh karena itu, tak jarang pakaian adat Kalimantan Barat ini juga dikenal dengan nama pakaian perang.

    Burung Enggang atau Rangkong adalah burung dengan paruh menyerupai tanduk sapi dengan warna terang. Burung ini merupakan burung endemik di wilayah Kalimantan.

2. Pakaian Adat Perempuan

Sama seperti pakaian laki-laki, pakaian adat Kalimantan Barat untuk para perempuan juga dibuat dari bahan dan cara yang sama. Namun, desainnya lebih sopan dengan perlengkapan antara lain penutup dada, stagen, kain bawahan, serta berbagai pernik lain seperti kalung, manik-manik, dan hiasan bulu burung enggang di kepalanya. Beberapa perhiasan lain yang dikenakan di antaranya:

  • Jarat tangan (gelang tangan) adalah gelang yang dibuat dari pintalan akar tanaman tengang untuk dikenakan di tangan sebagai penolak bala.
  •  Kalung dari bahan-bahan seperti akar kayu atau kulit (tulang) hewan sebagai penangkal gangguan dari roh-roh halus, terutama sering digunakan pada bayi.
  •  Beragam jenis gelang, di antaranya tjuk bulu tantawan, tajuk bulu area, kalung manik lawang, galling gading, galang pasan manik, galang pasan, sa’sawak tali mulung, sa’sawat pirak kurumut, dan posong.

3. Tari-tarian Daerah Kalimantan Barat




  • Tari Monong, merupakan sebuah tari penolak penyakit, agar si penderita dapat sembuh kembali. Penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampinya.
  • Tari Zapin Tembung, merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat Kalimantan Barat.
  • Tari Menoreh Getah, tari ini menggambarkan gerak kehidupan masyarakat pedesaan Kalimantan Barat yang memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan menoreh getah. Berpijak pada ide itu tari ini digarap berdasarkan unsur-unsur gerak dari tari Melayu dan Dayak yang ada di daerah Kalimantan Barat.
  • Tari Tandak Sambas, adalah bentuk tari-tarian pergaulan rakyat Kalimantan Barat.
  • Tari Mandau, Tarian Mandau merupakan simbolisasi dari semangat juang masyarakat Suku Dayak dalam membela harkat dan martabatnya.
  •  Tari Jonggan Merupakan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayan di daerah Kubu Raya, Mempawah, Landak. Tarian ini menceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang datang umumnya diajak untuk menari bersama

4. Senjata Tradisional
1. Senjata Tradisional Sipet 



Sipet adalah bahasa Dayak untuk menyebutkan senjata tiup bernama sumpit. Senjata ini terdiri dari 2 bagian, sipet atau selongsong yang terbuat dari bambu atau kayu berongga, serta damek atau anak sumpit. Selongsong sipet umumnya memiliki panjang sekitar 1,5 sampai 2,5 meter. Sementara rongga di bagian tengah ukurannya antara 0,35 sampai 0,75 cm. Kayu dan rongga sipet harus lurus 100% untuk membuat tembakan menjadi akurat. Selongsong sipet digunakan dengan damek sebagai anak sumpitnya.

Damek terbuat dari bambu atau kayu yang tajam berukuran kecil. Untuk keperluan perburuan atau perang, mata damek yang tajam biasanya diberi bisa racun yang terbuat dari getah pohon ipuh. Getah racun ini sangat mematikan. Bila damek beracun melukai seekor harimau dewasa, maka harimau tersebut biasanya akan mati dalam waktu kurang dari 10 menit. Masyarakat suku Dayak di Kalimantan Barat telah terbiasa menggunakan senjata ini sejak zaman nenek moyangnya dahulu. Mereka terutama kaum pria akan sangat piawai melakukan tembakan dengan senjata sederhana ini. akurasi tembakan yang tinggi ditambah teknik meniup dan membidik yang mumpuni membuat banyak tentara Belanda di masa silam sangat gentar bila harus berperang melawan mereka. Gambar di bagian paling atas adalah gambar dari senjata ini. bayangkan dengan senjata sederhana itu, pria dayak mampu menembakan damek atau anak sumpit hingga jarak 200 meter.

2. Senjata Tradisional Lonjo 



Selain damek, masyarakat Dayak di Kalimantan Barat juga mengenal ragam senjata tradisional lainnya. Salah satunya adalah lonjo. Lonjo adalah semacam tombak dengan mata yang sangat runcing. Lonjo kerap dibawa ketika berburu untuk melumpuhkan hewan buruan dalam jarak dekat. Pada mata lonjo ini, kerap pula ditambahkan racun supaya daya serang senjata semakin fatal. Senjata tradisional Kalimantan Barat ini kadang juga dilengkapi dengan tangkai yang berongga. Tangkai tersebut bisa difungsikan sebagai pengganti selongsong sipet bila dalam keadaan terdesak.

3. Senjata Tradisional Telawang 



Telawang merupakan senjata yang biasanya digunakan sebagai pelengkap mandau. Bukan untuk menyerang, senjata ini justru digunakan untuk melindungi diri dari pukulan lawan. Telawang tak ubahnya seperti perisai biasa yang terbuat dari kayu ringan tapi kuat. Ukuran lebarnya antara 30 sd 50 cm dengan panjang 1 sd 1,5 meter. Perisai telawang dilengkapi pegangan di bagian dalamnya dan ukiran di bagian luarnya. Ukiran-ukiran di luar telawang inilah yang menjadi daya tarik tersendiri. Bentuknya yang etnik dan khas membuat tak sedikit wisatawan domestik yang datang membawanya sebagai kenang-kenangan

4. Senjata Tradisional Mandau 



Masyarakat Dayak Kalimantan Barat memiliki nenek moyang yang sama dengan masyarakat Dayak di Provinsi lainnya di Kalimantan. Tak heran bila kemudian mereka mengenal mandau sebagai salah satu alat pertahanan diri. Mandau khas Kalimantan memang sangat terkenal. Bersama telawang, ia kerap dikoleksi oleh para kolektor senjata. Mandau Kalimantan Barat dibuat dari bahan logam kelas satu yang ditempa sedemikian rupa hingga memiliki satu mata bilah yang tajam. Gagangnya dibuat dari tulang tanduk rusa, cula babi, dan tulang hewan buruan lainnya, sementara serangkanya terbuat dari kayu yang diukir. Pada bagian gagang, biasanya terdapat pula hiasan bulu burung, rambut manusia, atau serat alam sebagai penanda kepemilikan.
5. Suku:Suku dan marga yang terdapat didaerah kalimantan Barat adalah : Dayak (Ngaju, Apa Kayan, Kalimantan, Murut, Punan, Ot Danun, dan lain-lain).
6. Bahasa Daerah : Dayak, Kayan, Ot Danun dan lain-lain.
7. Lagu Daerah : Cik-cik Periok,Aek Kapuas,Masjid Jami,Kapal Belon,Alon - Alon

8.Upacara Adat.
*Wadian: adalah upacara pengobatan pada suku Dayak Bawo, Dusun, Maanyan, Lawangan, Benuaq dan Bukit. Suku-suku serumpun ini hidup bertetangga di sekitar wilayah yang berbatasan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Sedangkan pada suku Melayu pedalaman (Suku Melayu Petalangan/Suku Talang mamak) disebut Bulian. Seringkali juga dipakai sebagai sebutan untuk orang yang mengobati (tabib) dalam upacara pengobatan tradisional Dayak tersebut yang dinamakan balian dalam berbagai dialek seperti bolin (Dayak Pesaguan), boretn (Dayak Simpakng), baliatn (Dayak Jalai).
Wadian adalah salah satu upacara adat suku Dayak (Dusun, Maanyan, Lawangan, Bawo) yang menganut Kaharingan diantaranya dalam rangka pengobatan terhadap orang sakit. Zaman dahulu kala, saat pengobatan medis tidak semaju sekarang, orang-orang Dayak memanfaatkan jasa wadian untuk mengobati sakit yang mereka derita. Lama atau tidaknya ritual pengobatan tergantung dari parah tidaknya penyakit yang diderita,Upacara Wadian dapat berlangsung selama 1 minggu lebih.Jenis wadian antara lain: Wadian Pangunraun (Pangunraun Jatuh,Pangunraun Jawa),Wadian Dapa,Wadian Tapu Unru, wadian dadas, wadian bawo, wadian bulat. Dewasa ini, selain untuk pengobatan, wadian juga telah dikembangkan sedemikian rupa menjadi salah satu kesenian daerah yang dapat dinikmati sebagai sebuah atraksi kesenian yang sangat menarik.

* Upacara Tiwah: Upacara memindahkan tulang belulang keluarga yang telah meninggal.
 *Wara: Upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal.
*Balian: pacara atau prosesi pengobatan.
*Potong Pantan: upacara peresmian atau penyambutan tamu kehormatan.
*Mapalas: upacara membuang sial atau membersihkan diri dari malapetaka.

9.Alat Musik : Sapek,Agukng,Kangkuang, Keledik, Entebong,Terah Umat,Balikan/Kuranting,Kollatung,Rabab,Tawaq
Sumber :https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/09/kebudayaan-provinsi-kalimantan-barat.html
              http://myknowledge1000.blogspot.co.id/2016/02/upacara-adat-kalimantan-barat.html

3.KALIMANTAN TENGAH.
 1. Rumah Adat.


 Rumah adat Kalimantan Tengah dinamakan Rumah Betang, Bentuk rumahnya panjang, bawah kolongnya digunakan untuk pertenun dan menumbuk padi dan dihuni oleh lebih kurang 20 kepala keluarga.

Rumah terdiri dari 6 kamar antara lain untuk penyimpanan alat-alat perang, kamar untuk pendidikan gadis, tempat sesajian, tempat upacara adat dan agama, tempat penginapan dan ruang tamu. Pada kiri-kanan ujung atap dihiasi tombak sebagai penolak mara bahaya.

2. Pakaian Adat.



 
Pakaian adatnya pria Kalimantan Tengah berupa kepala berhiasankan bulu-bulu enggang, rompi dan kain-kain yang menutup bagian bawah badan sebatas lutut. Sebuah tameng kayu hiasan yang khas bersama mandaunya berada di tangan. Perhiasan yang dipakai berupa kalung-kalung manik dan ikat pinggang.

Wanitanya memakai baju rompi dan kain (rok pendek), tutup kepala berhiaskan bulu-bulu enggang, kalung manik, ikat pinggang dan beberapa gelang tangan.

3. Tari-tarian Daerah Kalimantan Tengah




  •  Tari Tambun dan Bungai, merupakan sebuah tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat.
  •  Tari Balean Dadas, merupakan tarian guna memohon kesembuhan bagi mereka yang sakit.
  •  Tari Sangkai Tingang, tari garapan yang memanfaatkan perbendaharaan gerak tari tradisi ini menggambarkan sikap sekelompok wanita dalam mencintai lingkungan hidupnya. Mereka berusaha dan berdoa agar burung enggang yang indah itu tetap dilindungi kelestariannya.
  • Tari Punan Letto adalah tari tradisional Kalimantan Timur, kata “Punan” artinya merebut, “letto” artinya gadis/wanita. Tarian ini memang menceritakan tentang dua orang pemuda yang sama-sama menyukai seorang gadis dan memperebutkannya.
4. Senjata Tradisional
1. Senjata Tradisional Kalimantan Tengah - Sumpit / Sipet



Sumpit dalam bahasa Kalimatan Tengah disebut Sipet, yaitu senjata tradisional yang digunakan untuk berburu, pertempuran terbuka maupun sebagai senjata pembunuh diam-diam. Penggunaan sumpit yaitu dengan cara ditiup.

Dari segi penggunaannya sumpit atau sipet ini memiliki keunggulan tersendiri karena dapat digunakan sebagai senjata jarak jauh dan tidak merusak alam karena bahan pembuatannya yang alami. Dan salah satu kelebihan dari sumpit atau sipet ini memiliki akurasi tembak yang dapat mencapai 200 meter

Sumpit tradisional terdiri tabung bambu atau kayu yang panjangnya 1-3 m , Sumpit dilengkapi dengan anak sumpit dengan bentuk bulat kira-kira diameternya kurang dari 1 cm. Anak sumpit (damek) dapat terbuat dari bambu yang salah satu ujungnya berbentuk seperti kerucut yang terbuat dari kayu yang massanya ringan (dari kayu pelawi). Ini berfungsi supaya anak sumpit dapat melesat dengan lurus atau sebagai penyeimbang saat lepas dari buluh. Sedangkan ujung yang lain runcing dan biasanya diberi racun yang sangat mematikan binatang buruan. Racun terbuat dari getah tumbuh-tumbuhan hutan dan sampai saat ini masih belum ada penawar racunnya. Sumpit digunakan dengan cara ditiup. Kuat tidaknya napas penyumpit akan menentukan sejauh mana jarak anak sumpit dapat melesat ke sasarannya.

Bagian pangkal sumpit biasanya lebih besar dan pada bagian inilah anak sumpit dimasukkan lalu ditiup. Antara Buluh sumpit dan anak sumpit memiliki ketergantungan yang tinggi (saling mendukung). Walaupun buluhnya bagus tetapi anak sumpit dibuat sembarangan maka hasilnya juga kurang memuaskan serta sebaliknya. Artinya kedua saling beperan penting dalam ketepatan mengenai sasaran/mangsa walaupun juga napas penyumpit serta kemahiran juga sangat berperan penting disini.

Untuk mencapai sasaran yang tepat dan kuat bernapas, panjang sumpit harus sesuai dengan tinggi badan orang yang menggunakannya, Bagian yang paling penting dari sumpitan, selain batang sumpit, yaitu pelurunya atau anak sumpitnya yang disebut damek. Ujung anak sumpit runcing, sedang bagian pangkal belakang ada semacam gabus dan sejenis dahan pohon agar anak sumpit melayang saat menuju sasaran. Racun damek oleh etnis Dayak Lundayeh disebut parir. Racun yang sangat mematikan ini merupakan campuran dari berbagai getah pohon, ramuan tumbuhan serta bisa binatang seperti ular dan kalajengking

2. Senjata Tradisional Kalimantan Tengah - Duhung (Dohong)



Duhung dipercaya masyarakat dayak sebagai senjata tertua masyarakat suku dayak. Pada awalnya orang yang memiliki senjata duhung ini adalah Raja Sangen, Raja Sa­ngiang, dan Raja Bunu yang dipercaya sebagai leluhur suku dayak.

Menurut legenda, ketiga raja ter­sebut memiliki duhung yang ber­beda. Duhung milik Raja Sa­ngen dan Raja Sangiang terbuat da­ri besi yang bisa mengapung. Se­dangkan, duhung milik Raja Bu­nu terbuat dari besi yang ti­dak bisa mengapung. Duhung je­nis ini biasa disebut sanaman le­teng.

Senjata yang ukurannya ber­ki­sar 50-75 cm ini dahulu digu­na­kan sebagai alat berburu atau bercocok tanam. Dalam per­kembangannya, saat ini du­hung tidak lagi berfungsi se­ba­gai senjata melainkan benda pusaka yang dipajang atau di-simpan

3. Senjata Tradisional Kalimantan Tengah - Mandau



 


Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah memiliki nenek moyang yang sama dengan masyarakat Dayak di Provinsi lainnya di Kalimantan. Tak heran bila kemudian mereka mengenal mandau sebagai salah satu alat pertahanan diri. Mandau khas Kalimantan memang sangat terkenal. Bersama telawang, ia kerap dikoleksi oleh para kolektor senjata. Mandau Kalimantan Tengah dibuat dari bahan logam kelas satu yang ditempa sedemikian rupa hingga memiliki satu mata bilah yang tajam. Gagangnya dibuat dari tulang tanduk rusa, cula babi, dan tulang hewan buruan lainnya, sementara serangkanya terbuat dari kayu yang diukir. Pada bagian gagang, biasanya terdapat pula hiasan bulu burung, rambut manusia, atau serat alam sebagai penanda kepemilikan.
5. Suku : Dayak, Ngaju, Maanyan, Dusun, Lawangan Bukupai, Ot Danun, dan lain-lain. 

6. Bahasa Daerah : Dayak, Ngayu, Ot Danun, dan lain-lainnya. 
7. Lagu Daerah : Kalayar, Palu Lempangpupoi. 
8.Upacara Adat:
* Upacara Tiwah: Upacara memindahkan tulang belulang keluarga yang telah meninggal.
 *Wara: Upacara pemindahan tulang belulang keluarga yang telah meninggal.
*Balian: pacara atau prosesi pengobatan.
*Potong Pantan: upacara peresmian atau penyambutan tamu kehormatan.
*Mapalas: upacara membuang sial atau membersihkan diri dari malapetaka.

9.Alat Musik : Gandang Dayak atau Gandang Tatau,Garantung,Guriding,Japen,Katambung,Kecapi,Rebab,Sarun,Suling Balawung,Suling Bahalang,Tote atau Serupai,Salung
Sumber : https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/09/kebudayaan-provinsi-kalimantan-tengah.html

4.KALIMANTAN SELATAN.
1.Rumah Adat.


 Seperti halnya dalam kegiatan jual beli, aktivitas masyarakat Kalimantan Selatan memang lebih banyak dilakukan di atas sungai. Berdasarkan hal ini, maka rumah yang mereka tinggali konstruksinya juga sering disesuaikan dengan aktivitasnya tersebut, contohnya seperti pada konstruksi rumah adat Baanjung yang berupa rumah pangung.
Rumah adat Baanjung adalah nama dari rumah adat Kalimantan Selatan, salah satu rumah adat yang cukup unik gaya arsitekturnya. Berikut ini penjelasan mengenai Rumah adat tersebut secara lengkap mulai dari konstruksi, gambar, dan filosofinya.

2. Pakaian Adat.


 
Pria    : Mengenakan rompi lengan panjang yang dihias dengan motif khusus serta dipadu celana panjang warna serupa. Di bagian pinggang memakai sarung sampai bagian dengkul. Kepala pria memakai destar yang bagian ujungnya agak naik. Sedangkan sebilah keris diselipkan didepan perut.

Wanita  : Bagi kaum wanita memakai baju kurung basisit lengkap dengan tapihnya. Disebut baju kurung basisit lenngkap karena di bagian leher dan tangan dilengkapi tali pengikat (tali penyisit). Bahan baju ini dapat dibuat dari kain sutra. Baju ini dikombinasi dengan tapih di bagian kepala, rambutnya di sanggul serta memakai hiasan kembang goyang yang di sebut sumping. Pakaian pengantin ini berdasarkan adat Banjar.

3. Tari tarian Daerah Kalimantan Selatan.



  •  Tari Baksa Kembang, merupakan tai selamat datang pada tamu agung dengan    menyampaikan untaian bunga.
  • Tari Radap Rahayu, dipertunjukkan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantun pria dan wanita dipersandingkan dipelaminan.
  • Tari Mantang Gandut, tari gandut merupakan jenis tari garapan yang diangkat dari tari tradisional Kalimantan Selatan. Tari ini termasuk jenis tari pergaulan, dimana penari wanita, yang dinamakan Gandut, berusaha menarik simpati penonton, sedangkan penari pria(Mantang) menyambut tantangan itu dengan memilih pasangannya.
4. Senjata Tradisional.
1. Senjata Tradisional Kalimantan Selatan - Bujak Beliung



Merupakan senjata tradisional khas banjar dalam bentuk keris yang terbuat dari campuran besi dan logam dengan panjang sekitar 30 cm

Bentuknya memang hampir sama dengan keris keris dari daerah lainnya, hanya saja yang membedakannya adalah ukuran serta motif ukiran dan lekukan kerislah yang membedakannya dengan keris dari daerah lain

2. Senjata Tradisional Kalimantan Selatan - Sarapang



Merupakan senjata tradisional khas dalam bentuk tombak bermata lima yang terbuat dari baja yang di belah menjadi lima bagian yang pada sebagian ujungnya di tempelkan bambu yang di runcingkan

Yang biasa di gunakan oleh orang banjang untuk berburu maupun untuk menangkap ikan ikan yang cukup besar

3. Senjata Tradisional Khas Kalimantan Selatan - Mandau.



Sama halnya dengan kalimantan tengah, kalimantan selatan juga memiliki senjata khas berupa mandau, hanya saja yang membedakannya adalah dari bentuk dan motif gagang ( hulu mandau). Dimana setiap daerah di kalimantan memiliki ciri khasnya tersendiri

4. Senjata Tradisional Kalimantan Selatan - Parang.



Mungkin kita semua sudah sangat familiar dengan senjata yang satu ini, karena memang hampir di setaiap daerah di indonesia  kita bisa dengan mudah menemukan parang ini, begitu juga di kalimantan selatan, parang merupakan salah satu senjat khas yang biasa di gunakan oleh masyarakat untuk keperluan rumah tangga, berburu maupun pertanian

5. Senjata Tradisional Kalimantan Selatan - Sungga


Merupakan senjata trdisional yang dulu pernah di gunakan dalam perang banjar. Senjata ini biasanya di gunakan sebagai senjata jebakan layaknya ranjau, misalnya di taruh di bawah jembatan atau kayu yang rapuh, yang  jika di lewati oleh musuh, mak amusuh akan tertancap pada sungga ini
5. Suku : Suku dan marga yang terdapat didaerah Kalimantan Selatan adalah : Banjang Hulu dan Banjang Kuala.
6. Bahasa Daerah : Banjar

7. Lagu Daerah : Sapu Tangan Bapucu Ampat, Ampar Ampar Pisang.
8.Alat Musik :     Kalang Kupak,Kalampat,Panting,Terbang Madihin,Kintung,Serunai Banjar,Kuridin atau Guriding,Gamelan Banjar,Kurung-Kurung,Bumbung
Sumber : https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/09/kebudayaan-provinsi-kalimantan-selatan.html

5.KALIMANTAN UTARA.
 1. Rumah Adat.
Budaya masyarakat Suku Tidung sebagai suku asli provinsi yang beribukota di Tanjung Selor ini justru telah berkembang sejak lama. Salah satu ikon budaya yang dapat menjadi buktinya adalah rumah adat Baloy yang kini dikenal sebagai rumah adat Kalimantan Utara.



A. Struktur Bangunan
Rumah Suku Tidung di Kalimantan Utara sebetulnya merupakan salah satu dari 420 sub suku Dayak yang ada di Kalimantan. Akan tetapi, setelah budaya dan ajaran Islam masuk ke budaya suku ini, sebutan bagi suku Tidung yang awalnya adalah suku Dayak Tidung perlahan diganti dengan nama suku Tidung saja.

Karena suku Tidung adalah salah satu sub suku Dayak, desain rumah Baloy yang menjadi rumah adat suku Tidung juga mirip dengan rumah adat Lamin dari Kalimantan Timur. Beberapa ahli bahkan menyebutkan bahwa rumah Baloy merupakan rumah dengan hasil pengembangan arsitektur rumah adat Lamin.

Rumah Baloy merupakan rumah berdesain panggung dengan bahan keseluruhan terbuat dari kayu ulin. Kayu ulin adalah kayu khas Kalimantan yang terkenal sangat kuat struktur seratnya. Tidak seperti kayu jenis lain yang akan melapuk jika terkena air, kayu ulin justru akan semakin kuat dan semakin keras bila terpapar oleh air dalam waktu yang lama.

Sesuai dengan lingkungan tempat dibuatnya, yakni yang biasanya terletak di tepi pantai, rumah adat Baloy biasanya dilengkapi dengan ukiran-ukiran khas yang menggambarkan kearifan lokal daerah pesisir. Selain itu, rumah ini juga diatur sedemikian rupa supaya bangunannya menghadap ke arah utara dengan pintu utama menghadap ke selatan.



2. Fungsi Rumah Adat
Rumah Baloy sebetulnya tidak difungsikan sebagai rumah tinggal. Rumah adat Kalimantan Utara ini sejak dahulu lebih berfungsi sebagai balai adat atau tempat tinggal bagi kepala adat. Fungsi tersebut dapat kita lihat dari bagaimana penataan ruang bagian dalam rumah (disebut Ambir) yang lebih mengutamakan fungsi-fungsi sosial, di antaranya :

  •  Ambir Kiri atau Alad Kait, adalah ruangan untuk menerima seseorang atau masyarakat yang akan mengadukan perkara atau masalah adat.
  • Ambir Tengah atau Lamin Bantong, adalah tempat bagi pemuka adat bersidang dalam memutuskan perkara adat.
  •  Ambir Kanan atau Ulad Kemagot, adalah tempat istirahat atau ruang untuk berdamai setelah perkara adat selesai diputuskan.
  •  Lamin Dalom, adalah singgasana bagi Kepala Adat Besar Dayak Tidung.
Selain tersusun atas beberapa bagian ruangan dalam, rumah Baloy juga dilengkapi dengan beberapa bangunan luar yang memiliki fungsi sosial. Di bagian belakang rumah misalnya, terdapat sebuah kolam besar yang ditengahnya terdapat bangunan bernama Lubung Kilong. Bangunan ini digunakan sebagai panggung pagelaran kesenian daerah suku Tidung, seperti Tarian Jepen. Lubung Kilong ini dilengkapi pula dengan bangunan untuk tempat para penonton menyaksikan pertunjukan yang disebut Lubung Intamu. Selain digunakan sebagai tempat menonton pertunjukan, bangunan ini juga berfungsi sebagi tempat pertemuan masyarakat adat yang lebih besar, misalnya dalam acara pelantikan pemangku adat atau musyawarah adat.

3. Ciri Khas dan Nilai Filosofi
Ditinjau dari sisi arsitektur dan dari sisi budaya, rumah adat Baloy sebagai Rumah adat Kalimantan Utara disebut memiliki beberapa ciri khas dan keunikan tersendiri. Keunikan-keunikan tersebut selain dapat digunakan sebagai ciri penanda juga memiliki beragam nilai filosofis yang menggambarkan pola kehidupan masyarakat suku Tidung. Ciri khas dan keunikan tersebut antara lain:

    Rumah baloy dilengkapi dengan beragam ukiran terutama di bagian risplang dan atap. Ukiran biasanya terkait dengan kehidupan laut yang menggambarkan bahwa masyarakat Tidung adalah masyarakat nelayan dan pelaut.
    Rumah baloy terbagi menjadi beberapa ruangan yang fungsinya selalu terkait dengan kehidupan sosial kemasyarakatan. Hal ini menunjukan bahwa suku Tidung adalah masyarakat yang cinta damai dan mau bermusyawarah untuk menyelesaikan semua masalah.

2. Pakaian Adat.



Suku Dayak yang tersebar di wilayah Kalimantan terdiri atas banyak sekali sub suku. Adapun yang menjadi suku Dayak mayoritas di Kalimantan Utara adalah suku Dayak Kenyah. Sub suku yang orangnya dicirikan mirip keturunan Tionghoa ini memiliki pakaian adat bernama Ta’ a dan Sapei Sapaq.
Ta’a dan Sapei Sapaq dikenal luas sebagai pakaian adat Kalimantan Timur. Kendati begitu, provinsi Kalimantan Utara juga mengakui bahwa kedua pakaian ini sebagai pakaian adatnya. Adapun meski memiliki nama yang sama, Ta’a dan Sapei Sapaq khas Kalimantan Timur dan yang khas Kalimantan Barat sebetulnya mempunyai perbedaan mencolok.

1. Pakaian Adat Kaltara untuk Perempuan - Baju Ta’a 


 
Pakaian Ta’a adalah pakaian adat yang khusus dikenakan oleh para perempuan Dayak di Kalimantan. Pakaian ini terbuat dari kain beludru berwarna hitam dengan pernik atau hiasan berupa manik-manik yang dijahit. Ta’a terdiri dari atasan dengan model menyerupai rompi (tanpa lengan), bawahan berupa rok dengan warna dan motif yang sama, serta penutup kepala berhias bulu burung enggang, dan aksesoris lainnya seperti gelang, kalung, dan manik-manik.
Motif hiasan rompi dan rok Ta’a sangat kental dengan perpaduan warna-warna mencolok seperti putih, hijau, biru, merah, dan warna lainnya yang sangat kontras dengan warna kain rompi. Di bagian dada dan lengannya dilengkapi rumbai-rumbai dengan warna motif yang sama.

Perbedaan utama antara pakaian Sapei Sapaq dan Taa terletak pada motifnya. Untuk motif pakaian adat Kalimantan Utara, baik pada baju Ta’a maupun Sapei Sapaq sebetulnya terbagi menjadi 3, yaitu motif burung enggang, motif harimau atau hewan lainnya, serta motif tumbuhan. Baju dengan motif burung enggang dan harimau biasanya diperuntukan bagi para bangsawan, sementara baju dengan motif tumbuhan diperuntukan bagi rakyat biasa.



2. Pakaian Adat untuk Pria : Baju Sapei Sapaq.
Baju Sapei Sapaq adalah baju adat Kalimantan Utara yang diperuntukan bagi para pria. Dari bahan pembuatan, model dan motifnya, baju ini sangat mirip dengan baju Ta’a. Hanya saja, untuk bawahan, pakaian yang dikenakan kaum pria hanyalah berupa gulungan selendang yang bentuknya menyerupai celana dalam. Kendati begitu, bawahan seperti ini sekarang umumnya sudah diganti dengan celana pendek hitam karena dinilai kurang begitu elok dipandang mata. Pelengkap baju Sapei Sapaq adalah sebuah mandau yang diselipkan di pinggang, perisai perang, serta kalung-kalung dari bahan alam seperti tulang, taring babi, dan biji-bijian.

3. Tarian Tradisional.
1.Tari Magunatip / Lalatip.


 
Tari Magunatip atau Tari Lalatip merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Tarakan dan Malinau Kalimantan Utara. Pada jaman dahulu tarian magunatip digunakan sebagai latihan ketangkasan kaki dalam melompat dan menghindari rintangan. Hal ini dilakukan karena adanya perang antar suku. Kemudian latihan ketangkasan itu kini dijadikan sebuah tarian.
Dalam tarian magunatip atau lalatip yang merupakan tarian tradisional Kalimantan Utara ini terdapat tiga kelompok pemain yaitu kelompok penjepit kaki dengan menggunakan batang kayu, kelompok penari sambil menari juga menghindari jepitan kayu dan kelompok pemain musik dengan alat musik tradisional Kalimantan Utara berupa gong dan kendang. Tarian ini mendebarkan karena penari dapat terjepit atau terapit kakinya oleh batang kayu bila terlambat menghindar apalagi saat penari menari dengan ditutup kedua matanya.

2.Tari Jugit.


 
Tari Jugit adalah tarian tradisional dari Kabuaten Bulungan Kalimantan utara, yaitu tarian yang hanya ditampilkan dikalangan istana. Pada dasarnya tari jugit ini dibagi menjadi dua yaitu Jugit Paman dan Jugit Demaring , kedunya merupakan tari istana yang sakral walaupun sekilas nampaknya memiliki kesamaan, namun sebenarnya kedua tari itu memiliki perbedaan yang amat kompleks dari segi alat musik dan syair lagu, warna baju dan kain yang digunakan, gerak tangan saat memegang kipas dan selendang, serta peruntukannya untuk apa dan siapa tari itu disuguhkan. Dimasa lampau saking sakralnya tarian ini, tari Jugit Paman hanya boleh disuguhkan kepada Sultan dan di tarikan didalam kraton sedangkan tari Jugit Demaring dapat disaksikan oleh rakyat biasa dan boleh disuguhkan diluar kraton.

Menurut legenda, tari jugit ini diciptakan oleh dua orang seniman sekaligus laksamana kesultanan Bulungan yaitu Datuk Maulana dan Datuk Mahubut. Jadi bisa dibayangkan umur tarian ini sudah begitu tua, bisa jadi sekitar paruh kedua abad ke-18 Masehi tari ini sudah menemukan bentuknya seperti yang dikenal saat ini.

Dari segi warna baju, Tari Jugit Paman dan Jugit Demaring memiliki perbedaan, yaitu dalam tarian Jugit Paman, penari harus menggunakan kombinasi warna merah di atas dan kuning di bawah, jadi jika dalam sebuah tari jugit, warna bajunya seperti diatas bisa dipastikan ia menarikan tarian Jugit paman. Sebaliknya penari Jugit Demaring menggunakan kombinasi baju kuning di atas dan hijau di bawah. Gerak tangan dan kecepatannyapun berbeda, dalam Tari Jugit Paman biasanya tempo atau gerakan cenderung lebih cepat, sedang dalam tarian Jugit Demaring lebih lambat geraknya.

3.Tari Jepen.


 
Tari Jepen merupakan tari tradisional suku dayak pada umumnya, salah satunya yang ada di Kalimantan Utara. Tari Jepen merupakan tari bernuansa islam diiringi musik seperti musik rebana. Baju yang dikenakan berupa baju berwarna hijau dan kuning. Jumlah penarinya dalamtari ini dua orang atau lebih pasangan (perempuan dan laki-laki). Tarian ini didominasi dengan gerakan kaki. Di negeri tetangga tari Jepen juga terkenal disana seperti Filipina, Brunei Darussalam dan Malaysia. Tari Jepen hampir sama dengan tari-tari yang ada diwilayah pesisir seperti Riau, dengan sebutan yang berbeda yakni Tari Zapin atau Japin.

4. Senjata Tradisional:
Senjata tradisional mandau.



Senjata tradisional mandau ini adalah senjata tradisional yang berasal dari suku kebudayaan dayak yang ada di Kalimantan Utara. Mandau ini merupakan salah satu senjata tradisional yang ada di Negara Indonesia. Senjata mandau tersebut mempunyai beberapa ukiran-ukiran pada keping-nya yang mana ukiran-ukiran itu mempunyai makna tersendiri/makna tertentu.
Mengapa senjata tradisional ini diberi nama mandau?

    Karena, mandau ini berasal dari kata “Man” yang mana kata “Man” tersebut berasal dari salah satu suku didaerah cina bagian selatan, dan dalam bahasa cina, arti dari kata “dao” ini adalah golok. Senjata tradisional mandau ini mempunyai berbagai jenis fungsi didalam kehidupan penduduk di suku dayak didaerah Kalimantan Utara. Ketika pada zaman dahulu kala, mandau ini digunakan oleh penduduk ini ketika sedang peperangan, dan juga sedang pengayuan (pemenggalan kepala musuh).

Seiring berjalannya waktu, pada saat ini peperangan dan pengayuan sudah tidak pernah terjadi/jarang pernah terjadi lagi pada penduduk-penduduk dayak didaerah Kalimantan sehingga mandau ini hanya digunakan ketika adanya ritual-ritual saja/hanya digunakan sebagai hiasan saja. Senjata tradisional mandau juga mengandung nilai-nilai tertentu. Mandau tersebut mengandung makna-makna magis, misalkan seperti ritual ketika pembuatan mandau, atau mandau yang hanya digunakan ketika adanya ritual-ritual tertentu.

Pada bagian sosial, senjata tradisional yang bernama mandau ini digunakan oleh masyarakat dayak untuk dijadikan sebagai alat berburu, dan alat untuk bertani. Sedangkan pada bagian kesenian budaya, mandau tersebut merupakan tanda pengenal dari penduduk dayak di daerah kalimantan, selain itu mandau juga mencirikan keberanian, kesabaran, dan yang terakhir adalah ketelitian.

Sturuktur (susunan-susunan) mandau

1. Kupang Mandau (Sarung bilah mandau)


 
Kupang ini adalah sarung dari senjata mandau. Kupang tersebut dibuat dari kayu yang kuat, yang mana bahan-bahan sarung itu dilapisi oleh tanduk rusa, selain itu ada hiasan-hiasan ukiran pada lazimnya. Pada atas kupang mandau dikasih tempuser undang, yang mana tempuser udan itu ikatan pada kupang yang terbuat dari anyaman rotan. Selain hanya diikat dengan tempuser, diatas kupang mandau pun terdapat ikatan semacam kantong yang dibuat dari kulit kayu yang berisi kayu gading, dan pisau penyerut.
Kayu gading dan pisau penyerut ini sangat diyakini oleh masyarakat dayak itu dapat menolak akan datangnya binatang buas yang mendekati diri kita. Mandau yang sudah ditutupi dengan sarung dalam kupang, biasnya senjata mandau tersebut diikatkan pada pinggang dengan anyaman-anyaman dari rotan.

2. Ambang Mandau.


 
Ambang ini adalah sebutan bagi mandau yang mana ambang ini terbuat dari besi biasa. Ambang ini kerap dijadikan cinderama oleh masyarakat penduduk suku dayak tersebut. Orang-orang awam atau orang-orang yang tak terbiasa melihat benda tersebut atau memegang senjata tradisional yang asli, maka orang tersebut akan merasa kesulitan untuk membedakan antara ambang dengan mandau yang asli.
Apabila dilihat dan diterawang secara jelas/detail memang kedua senjata tersebut hampir memiliki bentuk yang sama. Akan tetapi, kedua senjata tersebut sangatlah berbeda. Apabila kita melihat senjata tersebut lebih jelan lagi, maka disitulah akan terlihat bahwa ada perbedaan ambang dengan mandau ini. Perbedaan ambang dengan mandau ini adalah, perbededaan mandau ini terdapat pada senjatanya sendiri, yang mana senjata mandau ini memiliki ukiran emas, tembaga atau perak. Selain itu, mandau ini lebih kuat dan lentur. Bahkan ambang ini kebalikan dari mandau, senjata ambang tersebut hanya dibuat dari besi-besi biasa tanpa menggunakan tembaga, emas dan bahan-bahan lainnya.

3. Hulu Mandau (gagang mandau)


 
Gagang mandau ini mempunyai dua nilai terpenting. Yang pertama itu adalah sebagai tangkai senjata atau pegangan senjata. Kedua bentuk gagang itu memberikan jenis karakter pada sebuah mandau.
Bentuk dasar gagang mandau ini biasanya yang menyerupai dengan hewan-hewan yang berbaki empat, burung dll. Maka telah sepatutnya ketika kita melihat dari edukasi dan nilai-nilai yang terkandung pada sebuah mandau. Kususnya untuk penduduk suku dayak harus terus melestarikan dan mempunyai nilai kebanggaan tersendiri terhadap senjata tradisional suku dayak ini yang bernama “Mandau”

4.Langgei Puai.


 
Disamping kupang itu ada sarung yang kegunaannya untuk menyimpan pisau yang berbatang kecil, yang mana bilah kecil itu memiliki gagang panjang, gagang panjang itu dinamankan dengan nama “Langgei Puai”. Langgei Pui ini merupakan salah satu senjata pelengkap mandau, Langgei Puai ini banyak sekali kegunaan fungsinya, layaknya seperti “Survival Knife” mengapa seperti itu?
Karena dapat digunakan untuk berbagai jenis keperluan, keperluan itu misalkan dimulai dari meraut bambu kering untuk digunakan sebagai peluru, dapat membuat ukiran, mengeluarkan duri-duri dari telapak kaki, mencongkel peluru yang menusuk di daging binatang buruan, dan masih banyak kegunaan-kegunaan lainnya. 

5. Suku Bangsa


 Sepertiga penduduk Kalimantan Utara adalah Suku Jawa yang merupakan kelompok terbesar, disusul penduduk asal Sulawesi Selatan. Selebihnya merupakan penduduk asli Kalimantan yaitu Suku Banjar, Suku Bulungan, Suku Dayak, Suku Tidung dan Suku Kutai.
6. Bahasa :Bahasa Indonesia, bahasa Tidung, Bahasa Dayak.
7.Alat Musik : Babun,Gambang,Rebab
Sumber : https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/11/kebudayaan-provinsi-kalimantan-utara.html
Share:

1 comment:

  1. Agen Judi Taruhan Online yang menyediakan permainan yang terlengkap hanya di BOLAVITA

    Agen BOLAVITA menyediakan permainan Judi Taruhan Online yang sangat lengkap pastinya. Yang dapat Anda mainkan dimana dan kapanpun juga.

    Dengan minimal deposit hanya Rp 50.000 saja sudah bisa mainkan permainan yang ada di Agen BOLAVITA

    Agen BOLAVITA menyediakan jenis taruhan yang terlengkap dan terbesar yang bisa Anda coba mainkan.
    • Bola Tangkas (Tangkasnet, Tangkas88 dan Tangkas1)
    • Casino Online (WM Casino, Green Dragon dan SBOBET Casino)
    • Sabung Ayam (S128, SV388 dan Kungfu Chicken)
    • Taruhan Bola (SBOBET, MAXBET/ICB Bet dan 368 Bet)
    • Togel Online (KLIK4D dan ISIN4D)
    • Games Virtual / Slot Games (Joker dan Play1628)

    Tunggu apalagi? Daftar dan gabung sekarang juga di www.bolavita.ltd

    Jangan ngaku raja sabung ayam jika belum baca ini yaa
    1. Daftar Sabung Ayam Cara S128 di BOLAVITA
    2. Promo Promo BOLAVITA

    Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
    Telegram : +62812-2222-995
    Wechat : Bolavita
    WA : +62812-2222-995
    Line : cs_bolavita

    ReplyDelete

Clock

visitor

Search This Blog

Blog Archive

Powered by Blogger.

Song

Budaya Jawa

Mengenal Budaya Jawa Menurut kamus KBBI, Budaya diartikan sebagai pikiran, akal budi, atau adat istiadat. Menurut Koentjaraningrat seba...

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.