Bangsa ini bukan milik satu agama,satu ras,ataupun satu budaya,ini INDONESIA. #indonesia#negeriku.

Budaya Provinsi Sumatera

1.SUMATERA SELATAN.
1.Rumah Adat.

 
Di Sumatra Selatan, seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, terdapat karya seni arsitektur yaitu Rumah Limas dan masih bisa kita temukan sebagai rumah hunian di daerah Palembang. Rumah Limas Palembang telah diakui sebagai Rumah Adat Tradisional Sumatera Selatan.



Secara umum arsitektur Rumah Limas Palembang, pada atapnya berbentuk menyerupai piramida terpenggal (limasan). Keunikan rumah Limas lainnya yaitu dari bentuknya yang bertingkat-tingkat (kijing). Dindingnya berupa kayu merawan yang berbentuk papan. Rumah Limas Palembang dibangun di atas tiang-tiang atau cagak.

2. Seni Tari

1. Tari Gending Sriwijaya



Tari ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir sama dengan tari Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah penari dan perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya seluruhnya

2. Tari Tanggai
 


Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian menggambarkan masyarakat palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamau yang berkunjung ke daerahnya

3. Tari Tenun Songket.




Tari ini menggambarkan kegiatan remaja putri khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang pada umumya memanfaatkan waktu luang dengan menenun songket


4. Tari Rodat Cempako.



 
Tari ini merupakan tari rakyat bernafaskan islam. Gerak dasar tari ini diambil dari Negara asalnya Timur Tengah, seperti halnya dengan tari Dana Japin dan Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah

5. Tari Madik (Nindai)




Masyarakat Palembang mempunyai kebiasaan apabila akan memilih calon, orang tua pria terlebih dahulu dating kerumah seorang wanita dengan maksud melihat dan menilai (madik dan nindai) gadis yang dimaksud. Hal yang dinilai atau ditindai itu, antara lain kepribadiannya serta kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan penindaian itu diharapkan bahwa apabila si gadis dijadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan mereka akan berjalan langgeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai pria

3. Pakaian Adat



 
Pakaian Adat Sumatra Selatan bisa dikatakan sebagai simbol peradaban budaya masyarakat Sumatra Selatan. Karena di dalamnya terdapat unsur filosofi hidup dan keselarasan. Hal ini bisa dilihat dari pilihan warna dan corak yang menghiasi pakaian adat tersebut. Ditambah dengan kelengkapannya, makin menambah kesakralan yang nampak pada tampilan pakaian adat yang berfungsi sebagai identitas budaya masyarakat Sumatra Selatan.

Pakaian adat Suamtra Selatan sangat terkenal dengan sebutan Aesan gede yang melambangkan kebesaran, dan pakaian Aesan paksangko yang melambangkan keanggunan masyarakat Sumatera Selatan. Pakaian adat ini biasanya hanya digunakan saat upacara adat perkawinan. Dengan pemahaman bahwa upacara perkawinan ini merupakan upacara besar. Maka dengan menggunakan Aesan Gede atau Aesan Paksangko sebagai kostum pengantin memiliki makna sesuatu yang sangat anggun, karena kedua pengantin bagaikan raja dan ratu.Pembeda antara corak Aesan Gede dan Aesan Paksongko, jika dirinci sebagai berikut; gaya Aesan Gede berwarna merah jambu dipadu dengan warna keemasan. Kedua warna tersebut diyakini sebagai cerminan keagungan para bangsawan Sriwijaya. Apalagi dengan gemerlap perhiasan pelengkap serta mahkota Aesan Gede, bungo cempako, kembang goyang, dan kelapo standan. Lalu dipadukan dengan baju dodot serta kain songket lepus bermotif napan perak. Pada Aesan Paksangkong. Bagi laki-laki menggunakan songket lepus bersulam emas, jubah motif tabor bunga emas, selempang songket, seluar,  serta songkok emeas menghias kepala. Dan bagi perempuan menggunakan teratai penutup dada, baju kurung warna merah ningrat bertabur bunga bintang keemasan, kain songket lepus bersulam emas, serta hiasan kepala berupa mahkota Aesan Paksangkong. Tak ketinggalan pula pernak-pernik penghias baju seperti perhiasan bercitrakan keemasan, kelapo standan, kembang goyang, serta kembang kenango.
 

4. Senjata Tradisonal
1. Senjata Tradisional Tombak Trisula.


 
Senjata tradisional Sumatera Selatan yang pertama dan yang kerap menjadi ikon budaya provinsi ini adalah tombak trisula. Tombak ini berbentuk sebuah tombak kayu dengan 3 mata tajam di bagian ujungnya. Panjang tombak setinggi orang dewasa, yakni sekitar 180 cm dan dahulunya digunakan prajurit kerajaan Sriwijaya sebagai senjata utama.
2. Senjata Tradisional Keris.



 
Keris bukan hanya dikenal masyarakat Pulau Jawa. Beberapa daerah sub etnis Melayu lainnya juga mengenal senjata jenis tikam ini dalam budayanya, termasuk masyarakat daerah Sumatera Selatan. Kendati memiliki bentuk yang sama, namun keris Sumatera Selatan memiliki ciri khasnya sendiri. Jumlah luk atau lekukannya selalu berjumlah ganjil antara 7 sampai 13 luk dengan sudut yang lebar. Itulah mengapa keris khas Sumatera Selatan cenderung lebih panjang dan lancip.
3. Senjata Tradisional Skin 



 
Skin adalah senjata tradisional Sumatera Selatan yang diperkirakan berasal dari akulturasi budaya lokal dengan budaya pedagang Tionghoa dan Asia Timur di masa silam. Senjata ini tampak seperti Kerambit khas Sumatera Barat, namun ukurannya lebih kecil dan memiliki 2 bilah tajam.
4. Senjata Tradisional Khudok.



 
Bergeser ke arah hulu, tepatnya dalam budaya masyarakat Pagar Alam, kita akan menemukan varian senjata tradisional Sumatera Selatan lainnya yang hingga kini masih eksis. Senjata tersebut bernama khudok.

5. Lagu Daerah

  •     Pempek Lenzer
  •     Kabile Bile
  •     Dirut
  •     Dek Sangke
  •     Kapal Selam
  •     Cup Mak Ilang
  •     Petang – Petang
  •     Palembang Bari
  •     Palembang Diwaktu Malam
  •     Gending Sriwjaya
  •     Ribu-Ribu
6. Bahasa
Bahasa Palembang berasal dari bahasa Melayu Tua yang berbaur dengan bahasa Jawa dan diucapkan menurut logat/dialek wong Palembang. Seterusnya bahasa yang sudah menjadi milik wong Palembang ini diperkaya pula dengan bahasa-bahasa Arab, Urdhu, Persia, Cina, Portugis, Iggris dan Belanda. Sedangkan Aksara bahasa Melayu Palembang, menggunakan aksara Arab (Arab-Melayu) atau tulusan Arab berbahasa Melayu (Arab Gundul/Pegon). Bahasa Palembang terdiri dari dua tingkatan, pertama merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan hampir oleh setiap orang di kota ini atau disebut juga bahasa pasaran. Kedua, bahasa halus (Bebaso) yang digunakan oleh kalangan terbatas, (Bahasa resmi Kesultanan). Biasanya dituturkan oleh dan untuk orang-orang yang dihormati atau yang usianya lebih tua. Seperti dipakai oleh anak kepada orang tua, menantu kepada mertua, murid kepada guru, atau antar penutur yang seumur dengan maksud untuk saling menghormati, karena Bebaso artinya berbahasa sopan dan halus.

7.Alat Musik
  • Burdah (Gendang Oku)
  •     Alat Musik Tenun
  •     Gambus
  •     Kenong (Kenung Basemah)
  •     Kulintang (Kolintang)
  •     Genggong
  •     Rebana (Terbangan)
8.Upacara Adat.
  • Upacara Adat pada Waktu Kelahiran
Menyambut kelahiran bayi merupakan suatu peristiwa yang penting bagi setiap keluarga di Palembang. Mereka akan lebih berbahagia dan bersyukur lagi jika yang lahir adalah seorang anak laki-laki. Dalam keluarga Palembang seorang laki-laki merupakan seorang peneger (merupakan penguat bagi keluarga tersebut) dan penegak jurai, yaitu seorang penerus keturunan dan nama keluarga. Pada waktu bayi berumur tujuh hari, diadakan upacara pemberian nama yang disebut nyookoor atau ngoonteng. Saat itu, bayi diberi nama dan disembelihkan kambing.
  • Upacara Adat Menjelang Dewasa
Seorang anak laki-laki yang telah khatam Alquran (kira-kira umur 6-8 tahun) akan dikhitan/sunat. Untuk menandai bahwa seorang anak telah khatam Alquran, diadakan upacara yang meriah. Pada hari Minggu sang anak dihiasi dan diarak keliling kampung. Selanjutnya, anak tersebut dikhitan. Sehari setelah upacara khatam Alquran, anak tersebut akan dikhitan atau disunat. Anak yang dikhitan didudukkan di atas bokor kuningan yang dilapisi dengan selembar sewet semage, sedangkan untuk tetesan darahnya disediakan kain lain. Kemudian, seorang anak laki-laki yang telah dikhitan duduk dalam kojong untuk beristirahat.
  • Upacara Perkawinan
Upacara adat perkawinan yang dibahas ini adalah upacara perkawinan dari suku Palembang. Tahapan upacara perkawinan suku Palembang sebagai berikut.
  • Melamar
Keluarga calon mempelai laki-laki mengutus beberapa orang untuk melamar calon mempelai wanita. Rombongan ini membawa sangkek-sangkek yang berisi bahan-bahan mentah, seperti gula, gandum, dan telur.
  • Mutus Kato
Pihak calon mempelai laki-laki dan wanita sepakat menetapkan hari, tanggal, dan tahun perkawinan.
  • Siraman
Menjelang kedua calon mempelai dipertemukan diadakan upacara adat yang disebut belanggir atau keramas. Upacara ini diawali dengan acara mandi air kembang setaman. Terlebih dahulu kedua calon mempelai disiram dengan air kelapa muda berwarna hijau. Penyiraman dilakukan oleh Tunggu Jero (pelaksana upacara).
  •  Netak Contok
Upacara selanjutnya adalah upacara Netak Contok. Dalam upacara ini terdapat rangkaian kelengkapan berupa kue pasar tujuh macam, nasi kunyit, ayam panggang, dan lain-lain. Acara ini diakhiri dengan upacara Bedabung, yaitu merapikan gigi calon pengantin putri dan memacari kuku. Hal tersebut bertujuan agar saat mempelai dipersandingkan tampak cantik dan tampan.
  •  Akad Nikah
Pada hari yang telah ditentukan, kedua pengantin siap dipertemukan dengan memakai pakaian adat. Upacara ini didahului dengan ijab kabul. Ijab kabul dilakukan di rumah pengantin perempuan dengan disaksikan oleh seluruh sanak keluarga kedua belah pihak. Kemudian, kedua pengantin dipersandingkan di pelaminan untuk mendapat ucapan selamat dari para undangan.
  • upacara perkawinan adat palembang
Pada masyarakat Musi Banyu Asin setelah upacara pernikahan yang bertempat di kediaman keluarga pihak wanita diadakan serangkaian upacara lagi yang disebut upacara Melerai Pengantin. Upacara ini berupa acara mengarak pengantin ke rumah mempelai pria. Upacara ini dimulai dengan acara tukar-menukar selendang, lalu dilanjutkan dengan kata-kata serah dan terima dari kedua belah pihak. Setibanya di rumah pengantin pria diadakan upacara Geluk Tajau Selukan. Dalam upacara tersebut kedua pengantin bersama-sama memasukkan tangannya ke dalam guci yang telah diisi beras dan uang. Siapa yang berhasil mendapatkannya berarti akan amat dominan berperan dalam rumah tangga.
Setelah itu, diadakan upacara Penyiraman Air Suci yang diteruskan dengan upacara Penyentuhan Tangan Pengantin Atas Besan (tempat beras). Akhirnya, acara ditutup dengan acara suap-suapan yang dilanjutkan dengan acara Gadis Punce dalam suasana gembira, pertanda masa remajanya telah usai.

  • Upacara Kematian
Ketika ada seorang penduduk yang meninggal, jenazahnya dirawat dan diimakamkan sesuai dengan agama yang dianutnya. Acara berkabung diadakan pada hari ke-1, 3. 7, 40, dan seterusnya.
  • Upacara Adat Lain
Selain upacara daur hidup, terdapat pula upacara-upacara lain sebagai berikut.
  • Upacara Seedekah Rame
Upacara Sedekah Rame merupakan upacara yang dilakukan suku bangsa Lahat untuk memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dapat bertani dengan baik. Upacara ini terdiri atas tiga tahap dan melibatkan seluruh warga tani di daerah tersebut.
  • Upacara Buang Jung
Upacara yang biasa dilakukan suku bangsa Sekak (laut) ini untuk memberi persembahan kepada dewa laut. Upacara ini dilaksanakan setahun sekali. Benda-benda persembahan diletakkan dalam sebuah jung (kapal kecil) dan dilepas ke laut lepas. 

Sumber :http://www.senibudayaku.com/2017/11/upacara-adat-sumatera-selatan.html  
                https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/06/mengenal-kebudayaan-sumatera-   selatan.html 

2.SUMATERA BARAT.
1.Rumah Adat.
   Rumah adata Sumatera Barat dinamakan Rumah Gadang. Rumah Gadang di Sumatera Barat adalah untuk tempat tinggal. Rumah tersebut dapat dikenali dari tonjolan atapnya yang mencuat ke atas yang bermakna menjurus kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tonjolan itu dinamakan gojoang yang banyaknya sekitar 4-7 buah. Rumah Gadang mempunyai 2-3 lumbung padi antara lain Si Bayo-bayo yang artinya persedian padi bagi keluarga dari rantau. Si Tinjau Lauik, padinya untuk diberikan kepada yang tidak mampu dan Si Tangguang Litak, padinya khusus bagi yang punya rumah.
2.Pakaian Adat.
  • Pria 
 Dalam adat Sumatera barat pakaian yang digunakan oleh kaum pria disebut pakaian adat Penghulu. Pakaian ini biasa dipakai oleh pemangku adat sebagai pakaian kebesaran yang pemakaiannya telah diatur sesuai dengan tata cara yang digariskan oleh adat dan bukanlah pakaian harian yang seenaknya dipakai oleh seorang penghulu. Pakaian penghulu atau kaum laki-laki dalam adat Sumatera Barat yang terdiri dari  destar,  baju penghulu, sarawa, sesamping, sandang, keris, dan tungkek (tongkat).



Makna simbolik yang terkandung pada Baju Penghulu yang dikenakan oleh pria dalam adat Sumatera Barat antara lain:

  •  Bagian atas penutup kepala disebut dengan nama seluk atau destar. Kerut-kerut yang terdapat pada penutup kepala ini melambangkan banyaknya undang-undang yang perlu diketahui oleh penghulu.
  •  Baju penghulu yang didominasi warna hitam, dipilih sebagai lambang kepemimpinan yang terhormat, disegani, dan berwibawa. 
  •  Sarawa atau celana penghulu yang berukuran besar memiliki makna bahwa seorang pemangku adat adalah orang yang besar dan bermartabat. 
  •  Sesamping berwarna merah yang dikenakan seperti pada baju teluk belanga melambangkan keberanian dalam mencapai kebenaran. 
  •  Keris dibagian pinggang dengan posisi condong kekiri melambangkan bahwa seorang penghulu harus berfikir sebelum menggunakan senjatanya. 
  •  Tongkat sebagai pelengkap dalam pakaian adat Sumatera Barat menunjukkan bahwa penghulu adalah orang yang dituakan dan dihormati oleh kaumnya.


  • Wanita.
Pakaian adat Sumatera Barat yang paling populer dalam adat minangkabau dikenal dengan nama Bundo Kanduang. Pakaian ini terdiri dari tingkolok (penutup kepala), baju kurung, kain selempang, kain sarung, serta perhiasan berupa kalung dan anting. Pakaian yang khusus diperuntukan bagi wanita yang telah diangkat menjadi bundo kanduang ini memiliki ciri khas penutup kepala yang disebut tingkolok. Tingkolok merupakan hiasan kepala perempuan yang berbentuk runcing dan bercabang menyerupai tanduk kerbau. Pemakaian tengkuluk digunakan sebagai perlambang perempuan sebagai pemilik rumah gadang.



Makna simbolik yang terkandung pada Baju Kurung yang dikenakan oleh wanita dalam adat Sumatera Barat antara lain:
  •  Penutup kepala yang berbentuk seperti tanduk runcing yang berumai emas atau loyang sepuhan memiliki makna bahwa orang yang mengenakannya adalah seorang pemilik rumah gadang.
  • Baju kurung dengan warna hitam, merah, biru, atau lembayung yang dihiasi dengan benang emas dan tepinya diberi minsie yang bermakna bahwa seorang bundo kanduang dan kaumnya harus mematuhi batas-batas adat dan tidak boleh melanggarnya.  
  • Balapak yang diselempangkan dari bahu kanan ke rusuk kiri memiliki arti bahwa seorang perempuan bertanggung jawab untuk melanjutkan keturunan.
  • Kain sarung bersulam emas yang bermakna simbolik kebijaksanaan, artinya seorang bundo kanduang harus dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya.
  • Perhiasan digunakan sebagai simbol yang mengandung norma-norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pakaian adat minangkabau yang dikenal dengan nama bundo kanduang ini mengandung nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan diantaranya kepimpinan, keteguhan dan kebertanggung-jawaban, kebijaksanaan, kehematan, kerja keras, ketauladan, ketaqwaan, pengayoman, dan ketaatan.

3.Tarian Adat Sumatera Barat.
1. Tari Tradisional Sumatera Barat - Tari Pasambahan Minang



Tari Pasambahan adalah salah satu seni tari tradisonal Minangkabau yang berkembang di berbagai daerah di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Tarian ini ditampilkan dalam acara penyambutan tamu yang dimaksudkan sebagai ucapan selamat datang dan ungkapan rasa hormat kepada tamu kehormatan yang baru saja sampai. Namun saat ini, tari pasambahan ditampilkan tidak hanya dalam acara penyambutan tamu, tetapi juga dalam seni pementasan dan pertunjukan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak.



Tari pasambahan ditampilkan saat kedatangan tamu yang datang dari jauh, atau saat kedatangan pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Tamu yang datang kemudian dipayungi dengan payung kebesaran sebagai penghormatan terhadap tetamu yang datang. Setelah tari pasambahan ditampilkan, kemudian acara dilanjutkan dengan suguhan daun sirih dalam carano kepada sang tamu. Pada saat upacara pernikahan, suguhan daun sirih diberikan kepada pengantin pria sebagai wakil dari rombongan. Daun sirih di carano tersebut juga biasanya disuguhkan kepada kedua orang tua pengantin.




2. Tari Tradisional Sumatera Barat - Tari Piring.



Tari Piring atau disebut tari piriang merupakan tarian tradisional Sumatera Barat yang berasal dari Solok Sumatera Barat. Tari Piring masih terus lestari hingga sampai saat ini. Tarian piring memiliki gerakan yang menyerupai gerakan para petani semasa bercucuk tanam, membuat kerja menuai dan sebagainya. Tarian ini juga melambangkan rasa gembira dan syukur dengan hasil tanaman mereka. Tarian ini merupakan tarian gerak cepat dengan para penari memegang piring di tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh berbagai alat musik tradisional Sumatera Barat seperti talempong dan saluang. Kadangkala, piring-piring itu akan dilontar ke udara atau pun dihempas ke tanah dan pecahan piring yang dilontar ke tanah akan dipijak oleh penari-penari tersebut.



Tari piring pada awalnya merupakan tarian ritual yang dilakukan oleh masyarakat Solok sebagai rasa syukur kepada para dewa akan hasil panen yang melimpah ruah. Tarian ini menggunakan media piring yang diisi dengan berbagai sesaji. Namun ketika agama islam masuk ke Mingangkabau, tari piring tidak lagi menjadi acara ritual, akan tetapi tarian ini berubah menjadi sara hiburan dan kesenian daerah.




3. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Payung



Tari payung adalah suatu kesenian tari minangkabau yang menggunakan payung sebagai attribute tariannya.Tari payung ini di mainkan oleh beberapa penari yang saling berpasangan antara  laki - laki dan perempuan. Gerakan dalam tari payung menggambarkan tentang kasih sayang sepasang kekasih.

Dalam pertunjukan tari payung biasanya di mainkan oleh 3 – 4 pasang penari laki - laki dan perempuan. Payung yang di jadikan attribute tarian ini di bawakan oleh penari laki – laki. Sedangkan attribute  yang di gunakan oleh penari perempuan adalah selendang khas minangkabau. Kostum dalam pertunjukan tari payung pun adalah busana khas minangkabau yang memiliki arti tersendiri dalam setiap coraknya.



Dalam pertunjukan tari payung diiringi musik pengiring yang bervariasi. Di mulai dengan ritme pelan, namun secara dinamis mulai berpacu cepat seiring dengan gerakan para penari. Tentunya iringan musik tersebut disesuaikan dengan gerakan para penarinya. Alat musik yang di gunakan dalam pertunjukan tari payung biasanya adalah alat musik tradisional seperti gong, rebana, akordion, gendang, dan gamelan khas padang. Nada yang di mainkan dalam musik pengiring ini sangat kental akan nuansa Melayu. Selain di iringi dengan musik pengiring, Tari payung juga di iringi dengan alunan lagu melayu yang bercerita tentang suami istri yang sedang berbulan madu di suatu tempat. Judul lagu pengiring tersebut adalah “Babendi-bendi ke Sungai Tanang”.
Salah satu keunikan dalam tarian ini adalah filosofi yang terkandung didalamnya. Makna yang terdapat dalam tarian ini adalah perlindungan dan kasih sayang seorang kekasih dalam membina kehidupan rumah tangga. Payung yang di bawakan penari laki – laki merupakan simbol dari bentuk perlindungan seorang lelaki sebagai pilar utama dalam membina keluarga. Sedangkan selendang yang di gunakan penari wanita adalah symbol dari bentuk ikatan cinta suci yang kuat, penuh akan kesetiaan seorang wanita untuk mendampingi suaminya dalam membina keluarga. Setiap gerakan dalam tarian tersebut tentunya juga memiliki makna tersendiri.



Tari payung awalnya merupakan salah satu pelengkap ritual adat masyarakat minangkabau. Namun seiring perkembangan jaman, tarian ini juga sering di pertunjukkan pada acara – acara lain seperti pesta rakyat, festival budaya, penyambutan tamu dan lain - lain. Selain di alihkan fungsinya, tarian ini sudah banyak di modifikasi dari bentuk klasiknya. Dalam pertunjukan tari payung yang sekarang beberapa gerakan dan kostum yang di gunakan dalam pertunjukan sudah di modifikasi dengan beberapa sentuhan dari para seniman yang ada di sana agar lebih menarik. Tetapi walaupun terdapat beberapa perubahan, tari payung masih tetep menjadi kesenian warisan nenek moyang dan makna yang terdapat di dalamnya masih tetap ada.

4. Tarian Tradisional Sumatera Barat - Tari Indang Minangkabau



Pengertian Tari Indang adalah salah satu kesenian anak nagari wilayah Pesisir Minangkabau khususnya di Pariaman yang sudah berkembang sejak abad ke 13 seiring dengan masuknya agama Islam ke Minangkabau. Awalnya Kesenian ini dimainkan oleh 13 orang penari plus 1 orang tukang dzikir dan syair yang berisi pujian terhadap nabi (Shalawat Nabi), pemain memainkan alat musik tambourin mini yang disebut dengan rapai.



Tari indang pada awalnya digunakan sebagi media dakwah yang biasanya dimainkan pada malam hari dan pada peringatan hari-hari besar islam serta pada acara besar lainnya sepeti penyambutan tamu, pengankatan pejabat dll.
Tokoh yang memperkenalkan sekaligus pembuat gerakan tari indang Rafa’i beliau adalah salah seorang pengikut syaikh Burhanuddin seorang ulama dan tokoh penyebaran islam daerah sumatera barat.



Sejarah Tari Indang Tari indang tidak seperti seni tari pada umumnya, tari Indang tidak menonjolkan gerakan tubuh yang penari dalam pertunjukannya. Karena pada dasarnya tari Indang adalah salah satu bentuk sastra lisan dan media dakwah yang dalam penyampaiaannya lebih mengedepankan permainan rebana dan dendangan syair - syair yang biasanya bernafaskan Islam.
Tari indang Minangkabau ini juga disebut dengan tari badindin.

5. Tarian Tradisional Sumatara Barat - Tari Lilin



Tari Lilin adalah tarian tradisional Sumatera Barat. Tari lilin ini merupakan tarian istana pada zaman dahulu yang dilakukan pada malam hari. Para penari yang melakukan tarian lilin terdiri dari beberapa orang yang menggunakan piring kecil yang berisi lilin menyala ditangannya. Tari lilin selalu diiringin oleh musik yang dibawakan oleh sekelompok musisi. Tari lilin dilakukan dengan sangat hati-hati, agar piring yang ada ditangan tidak jatuh serta lilin yang ada dalam piring tersebut tidak mati.






4.Senjata Tradisional.
 1. Senjata Tradisional Sumatera Barat - Karih.



Karih adalah senjata tradisional dari Sumatera Barat seperti keris hanya saja bentuk karih tidak berlekuk seperti halnya keris yang kita kenal dari pulau Jawa. Akan tetapi Jika masih berada dalam sarungnya, sekilas bentuk keris Sumatera Barat ini mirip keris Jawa; pegangannya berlekuk sedikit dengan ukiran di bagian sarungnya. Bagian sarungnya agak sedikit menyempit di bagian atas dekat ujungnya.
Karih / Keris ini merupakan perlengkapan / aksesoris yang dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh para penghulu terutama dalam setiap acara resmi ada terutama dalam acara malewa gala atau pengukuhan gelar, selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam acara majlis perkawinan yang masyarakat setempat menyebutnya baralek dan juga dipergunakan dalam pertunjukan silat.

2. Senjata Tradisional Sumatera Barat - Kerambik



Senjata Tradisional dari Sumatera Barat selanjutnya adalah Karambit. Kerambit disebut juga dengan Karambiak, Kurambiak.  Kerambit adalah senjata tradisional Sumatera Barat yang berjenis pisau genggam kecil berbentuk melengkung dari Indonesia yang telah mendunia. Bahkan senjata ini di produksi secara masal oleh produsun-produsen senjata dunia, dan menjadi senjata wajib personel US Marshal. Senjata ini termasuk senjata berbahaya karena dapat digunakan menyayat maupun merobek anggota tubuh lawan secara cepat dan tidak terdeteksi.
Kerambik ini merupakan senjata khas asli dari Minangkabau Sumatera Barat, namun dalam perkembangannya menyebar ke pelosok nusantara dibawa oleh masyarakat Minang yang merantau. Saat ini kerambit memiliki beberapa varian. Dari bilah tajamnya terbagai menjadi dua yaitu tajam tunggal dan tajam ganda (double edges). Sedangkan di Indonesia sendiri, kerambit ada dua yaitu kerambit Jawa Barat dan kurambiak/karambiak Minang. Kerambit Jawa Barat biasanya memiliki lengkungan yang membulat, sedangkan kerambit Minang memiliki lengkungan siku.

Beberapa jenis kerambit di Nusantara:
  •     Kuku Alang (kuku elang), Lawi ayam: Cakar elang/ayam dari Sumatera Barat
  •     Kuku Harimau: Sumatera Barat, Jawa Barat dan Madura
  •     Kuku Bima: Jawa Barat, Jawa Tengah
  •     Kuku Hanoman: Jawa Barat
  •     Kerambit Sumbawa: Pulau Sumba
  •     Kerambit Lombok: Lombok
3. Senjata Tradisional Sumatera Barat -Ruduih



Ruduih merupakan salah satu senjata tradisional sejenis golok yang berasal dari budaya masyarakat Minang, Sumatra Barat. Pada masa lampau Keberadaan senjata tradisional ruduih ini dipergunakan dalam peperangan dan  tercatat di dalam Museum Perjuangan Tridaya Eka Dharma, sebagai senjata yang digunakan dalam perang Manggopoh (1908).

4. Senjata Tradisional Sumatera Barat – Kalewang.




Kalewang adalah pedang bergaya golok bersisi satu. Dalam hal ukuran, berat dan bentuk Kalewang adalah pertengahan antara golok dan kampilan.Kalewang bermata lurus, namun sebagian besar Kalewang bermata lengkung dengan ukuran sepanjang pedang pada umumnya.

Kalewang menjadi senjata utama para pasukan Paderi kala Perang Paderi bergolak di Sumatera Barat pada abad 19. Perwira-perwira Paderi dikenal sangat terampil menggunakan Kalewang saat bertempur.




5. Suku-Suku Sumatera Barat : Suku dan marga yang terdapat didaerah Sumatera Barat adalah Mentawai, Minangkabau (Jambak, Guci, Piliang, Caniago, Tanjung, Pisang, Sikumbang, Panyalai, dan Koto).
6. Bahasa Daerah : Minangkabau, Melayu, dan lain-lain.
7. Lagu Daerah : Kampuang nan Jauah di Mato,Ayam Den Lapeh,Dayuang Palinggam dll.

8.Alat Musik : Talempong,Bansi,Saluang,Gendang Tabuik,Serunai,Pupuik Tanduak,Rabab,Tambua,Pupuik Batang Padi
Sumber : https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/01/kebudayaan-sumatera-barat-rumah-adat.html


3.SUMATERA UTARA. 
1.Rumah Adat.

 Rumah adat Sumatera Utara dinamakan Parsakitan dan Jabu Bolon. Jabu Parsakitan adalah rumah adat di daerah Batak Toba, tempat penyimpanan barang-barang pusaka dan tempat penyimpanan barang-barang pusaka dan tempat pertemuan untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan adat. Jabu Bolon adalah rumah pertemuan suatu keluarga besar. Berbentuk panggung dan ruang atas untuk tempat tinggal bersama-sama, Tempat tidur lebih tinggi dari dapur.

2. Pakaian Adat



 

Di daerah Tapanuli Utara tenunan tradisionalnya disebut ulos. Kain ulos itu terdiri dari beberapa macam yang harga dan fungsinya berbeda-beda. Misalnya: Ulos Godang, Sibolang, Mangiring, Sitoluntuho, Ragi Hidup, Sadum, dan Ragi Hotang.

Pada upacara adat kaum pria mengenakan tutup kepala yang disebut sabe-sabe dari ulos mangiring. Di bahunya disampirkan Ulos Ragi Hotang dan mengenakan kain sarung. Kaum wanitanya menegenakan Ulos Sadum yang disampirkan di kedua bahunya dililit dengan Ulos Ragi Hotang dan mengenakan sarung suji.
 3. Tari-tarian Daerah Sumatera Utara.



 
a. Tari Serampang Dua Belas, sebuah tari melayu dengan irama joged. Diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang Dua Belas merupakan tari pergaulan, baik bagi muda-mudi maupun orang tua.
b. Tari Tor-tor, sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk.
c. Tari Marsia Lapari, tari garapan ini menggambarkan kegiatan gadis-gadis Sumatera Utara yang senantiasa saling membantu dalam menggarap sawah. Olahan tari didasarkan unsur gerak tari daerah Tapanuli Selatan yang diramu dengan unsur daerah lain, dengan iringan musik gondang sembilah.
d. Tari Manduda, suatu bentuk tarian rakyat Simalungun yang bersuka ria di masa panen padi.
 (Tari Tor-tor salah satu tarian Sumatera Utara)
4. Senjata Tradisional
Piso surut adalah sejenis belati dan merupakan senjata tradisional di Tanah Karo, Sumatera Utara. Piso gaja dompak, berupa sebilah keris panjang merupakan lambang penting pemerintahan Raja Si Singamangaraja. Senjata ini hanya boleh diguanakan oleh raja saja. Senjata tradisional yang biasa digunakan oleh masyarakat umum adalah hujur sejenis tombak dan podang sejenis pedang panjang.
5. Suku:Suku dan marga yang terdapat di daerah Sumatera Utara : Melayu, Batak (Mandailing, Toba, Simalungun, Karo), Nias, dan lain-lain.




6. Bahasa Daerah: Batak, Karo, Melayu, Nias, Mandailing, dan lain-lain.

7. Lagu Daerah : Pantun Lama, Butet, Sengko-sengko.
8.Alat Musik :Doli-Doli,Druni Dana,Faritia,Garantung,Gendang Sisibah,Gordang Sambilan,Hapetan,Hesek,Sulim,Sarune Bolon,Ole-Ole,Odap,Ogung,Pangora,Taganing
Sumber : http://www.kebudayaanindonesia.com/2013/05/sumatera-utara.html
Share:

No comments:

Post a Comment

Clock

visitor

Search This Blog

Blog Archive

Powered by Blogger.

Song

Budaya Jawa

Mengenal Budaya Jawa Menurut kamus KBBI, Budaya diartikan sebagai pikiran, akal budi, atau adat istiadat. Menurut Koentjaraningrat seba...

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.