Bangsa ini bukan milik satu agama,satu ras,ataupun satu budaya,ini INDONESIA. #indonesia#negeriku.

Budaya Maluku dan Maluku Utara.

1.MALUKU UTARA.
  1.Rumah Adat.
 A. Rumah Adat Sasadu
 1.Rumah Adat,
 Maluku Utara memiliki dua macam rumah adat yang menjadi ciri khas kota Maluku Utara yaitu rumah adat Sasadu yang berasal dari Halmahera Barat. Sedangkan pada tahun 2007 dibangun rumah adat Hibualamo yang berada di Halmahera Utara.

Rumah adat Sasadu merupakan rumah adat yang diwariskan oleh leluhur suku Sahu di Pulau Halmahera Barat, Maluku Utara.  Sasadu berasal dari kata Sasa – Sela – Lamo atau besar dan Tatadus – Tadus atau berlindung, sehingga Sasadu memiliki arti berlindung di rumah besar. Rumah adat Sasadu memiliki bentuk yang simpel atau sederhana yaitu berupa rumah panggung yang dibangun menggunakan bahan kayu sebagai pilar atau tiang penyangga yang berasal dari batang pohon sagu, anyaman daun sagu sebagai penutup atap rumah adat dan memiliki dua pijakan tangga terletak di sisi kiri dan kanan.

Pada rumah adat Sasadu terdapat dua ujung atap kayu yang diukir dan memiliki bentuk haluan dan buritan perahu yang terdapat pada kedua ujung atap. Bubungan tersebut melambangkan perahu yang sedang berlayar karena suku Sahu merupakan suku yang suka berlayar mengarungi samudera. Selain itu pada bubungan atapnya digantungkan dua buah bulatan yang dibungkus ijuk. Bulatan itu menggambarkan simbol dua kekuatan supranatural yaitu kekuatan untuk membinasakan dan kekuatan untuk melindungi.

B. Rumah Adat Hibualamo.


 
Rumah adat Hibualamo merupakan rumah adat yang berasal dari Halmahera Utara, Maluku Utara. Menurut bahasa asli setempat Hibua berarti Rumah sedangkan Lamo berarti Besar sehingga Hibualamo memiliki pengertian rumah yang besar. Rumah adat Hibualamo baru diresmikan pada bulan April 2007, namun sebenarnya rumah adat Hibualamo ini sudah didirikan semenjak 600 tahun yang lalu. Hilangnya keberadaan rumah adat ini akibat adanya penjajahan, kemudian didirikannya Balai Desa sebagai tempat penyelesaian masalah dan pemerintahan.
Rumah adat Hibualamo didirikan kembali sebagai symbol perdamaian pasca konflik SARA pada tahun 1999 - 2001. Oleh karena itu pembangunannya pun mengalami perkembangan dibandingkan bentuk aslinya yang berupa rumah panggung. Bentuk asli rumah adat ini berada di Pulau Kakara, Halmahera Utara dan biasa disebut Rumah adat Hibualamo Tobelo



Bangunan rumah adat Hibualamo dibangun dengan banyak symbol yang memiliki arti tersendiri yang berhubungan dengan persatuan. Konstruksi rumah adat menyerupai perahu yang mencerminkan kehidupan kemaritiman suku Tobelo dan Galela yang ada di pesisir. Bangunannya memiliki bentuk segi 8 dan memiliki 4 pintu masuk yang  menunjukkan simbol empat arah mata angin dan semua orang yang berada didalam rumah adat saling duduk berhadapan yang menunjukkan kesetaraan dan kesatuan.

Pada rumah adat Hibualamo terdapat 4 warna utama yang masing – masing memiliki arti. Warna merah mencerminkan kegigihan perjuangan komunitas Canga, warna kuning mencerminkan kecerdasan, kemegahan dan kekayaan. Warna hitam mencerminkan solidaritas dan warna putih mencerminkan kesucian.


2. Pakaian Adat
Berbicara tentang budaya Maluku Utara, pada kesempatan kali ini kami akan mengulas salah satu peninggalan kebudayaan yang berupa pakaian adat. Pakaian adat Maluku Utara selain berguna sebagai pemenuhan kebutuhan fisik sandang, juga dapat berfungsi sebagai status sosial pemakainya, mengingat terdapat perbedaan-perbedaan yang spesifik dalam aturan pengenaan pakaian adat tersebut berdasarkan kedudukan pemakainya dalam strata sosial.


Sedikitnya kami telah merangkum 4 jenis pakaian adat Maluku utara berdasarkan kelas sosial pemakainya. Keempat jenis pakaian tersebut antara lain pakaian adat sultan dan permaisuri, pakaian adat bangsawan, pakaian adat remaja putra putri, dan pakaian adat rakyat biasa.

A. Pakaian Adat Sultan dan Permaisuri
Sejarah kerajaan Ternate dan Tidore di masa silam masih meninggalkan sebuah aturan bagi sultan dan permaisuri kerajaan untuk mengenakan pakaian kebesarannya. Pakaian untuk sultan bernama Manteren Lamo. Pakaian adat Maluku Utara ini terdiri dari jas tertutup berwarna merah dengan 9 kancing besar yang terbuat dari perak, dan ujung tangan, leher, serta saku jas bagian luar dihiasi dengan bordir dan pernik keemasan.Warna merah pada jas melambangkan keperkasaan dan kekuasaan sang sultan. Pakaian ini dikenakan dengan bawahan celana panjang berwarna hitam dan tutup kepala atau destar khusus seperti yang dapat dilihat pada gambar di atas.

Pakaian istri sultan atau sang permaisur bernama Kimun Gia. Pakaian ini adalah kebaya yang dibuat dari kain satin putih yang dipadukan dengan bawahan berupa kain songket yang diikat dengan ikat pinggang emas. Selain itu, permaisuri juga akan mengenakan aksesoris lainnya sebagai pernik hiasan. Akeseoris tersebut antara lain selendang, konde pada sanggul, kalung, serta bros dan peniti yang dibuat dari berlian, intan, atau emas.

B. Pakaian Adat Bangsawan


Pakaian adat untuk para bangsawan atau pembesar berupa jubah panjang yang menjuntai sampai betis, celana panjang, serta ikat kepala berbentuk khusus dan beragam kelengkapan lainnya seperti yang dapat dilihat pada gambar. Sementara untuk para wanita bangsawan, pakaian yang dikenakan berupa kebaya dan kain panjang sebagai bawahan.
C. Pakaian Adat Remaja Putra dan Putri
Selain dua pakaian adat di atas, ada pula pakaian adat Maluku Utara lainnya yang dikenakan khusus oleh remaja putra putri dari golongan bangsawan. Pakaian remaja putra disebut baju koja. Baju ini adalah perpaduan jubah panjang berwarna biru atau kuning muda yang melambangkan jiwa muda, serta bawahan celana panjang hitam atau putih dan tutup kepala bernama toala polulu. Sementara pakaian adat untuk remaja putri adalah perpaduan kebaya dan kain songket yang dilengkapi dengan beragam aksesoris seperti kalung rantai emas (taksuma), anting susun dua, serta alas kaki bernama tarupa.

D. Pakaian Adat Rakyat Biasa
Untuk rakyat biasa atau masyarakat adat Ternate Tidore pada umumnya, pakaian adat yang dikenakan jelas akan sarat dengan nilai kesederhanaan baik untuk para pria maupun para wanitanya. Sayangnya jenis pakaian ini sudah sangat sulit ditemukan saat ini.


3. Tari daerah
A.Tari Gumatere.


Tari Gumatre adalah sejenis tarian tradisional masyarakat Maluku Utara yang dimaksudkan untuk meminta petunjuk atas suatu persoalan ataupun fenomena alam yang sedang terjadi. Tarian ini dibawakan oleh 30 orang penari pria dan wanita.
Penari pria menggunakan tombak dan pedang sedangkan penari wanita menggunakan lenso. Yang unik dari tarian ini adalah salah seorang penari akan menggunakan kain hitam, nyiru dan lilin untuk ritual meminta petunjuk atas suatu kejadian. Gumatere merupakan tarian tradisional rakyat Morotai.

B. Tarian Cakalele


Tarian Cakalele ini merupakan tarian perang yang saat ini dipertunjukan pada saat menyambut tamu agung yang datang ke daerah tersebut . Tarian Cakalele ini tersebut dimainkan oleh beberapa pria yang biasanya menggunakan Parang dan Salawaku sedangkan wanita biasa menggunakan Lenso (sapu tangan). tarian tersebut merupakan tarian tradisional khas Maluku.

C. Tarian Bambu Gila.


Tarian ini merupakan tarian yang sangat mistis di daerah maluku utara . tepatnya di daerah hutan bambu di kaki gunung Gamalama . Awal tarian ini yaitu untuk memindahkan kapal kayu yang telah jadi dibuat dari gunung ke pantai . Tarian tersebut juga digunakan untuk memindahkan kapal yang sudah kandas di laut.
Bahkan untuk para raja-raja tarian bambu gila ini juga digunakan untuk melawan para musuh yang datang untuk menyerang . Dan sekarang tarian tersebut dijadikan sebagai hiburan pada saat ada acara adat dan pesta . Tarian tersebut menggunakan bambu yang berukuran kira - kira 10 - 15 meter . Sebelum tarian ini dimulai pertama-tama pawang akan membakar kemenyan atau dupa  terlebih dahulu dengan diirngi pembacaan doa agar diberikan keselamatan hingga selesai memainkan. Setelah itu bambu tersebut berguncangan dengan perlahan semakin lama bambu tersebut akan semakin kencang.

D. Tarian Lenso.


Tarian Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Minahasa (sulut) dan daeah Maluku,Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya. Tarian ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang. Lenso artinya Saputangan. Istilah Lenso, hanya dipakai oleh orang-orang (masyarakat di daerah Sulut, sebagian Sulteng dan daerah lain di Indonesia Timur)

E. Tari Soya - soya
Tari soya-soya  adalah tarian khas Maluku Utara yang diciptakan untuk menyambut prajurit  atau pasukan setelah bertempur di medan perang. Kata ‘soya-soya’ sendiri bermakna ‘semangat pantang’. Tarian ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, lo! Tarian ini menggambarkan perjuangan masyarakat Kayoa, di Kabupaten Halmahera Selatan di zaman dahulu. Di tahun 1570-1583 terjadi penyerbuan ke Benteng Nostra Senora del Rosario (Benteng Kastela), diujung Selatan Ternate oleh Sultan Babullah (Sultan Ternate ke-24) dan pasukannya. Penyerbuan ini bertujuan untuk mengambil jenazah ayah handa Sultan Babullah, yaitu Sultan Khairun yang dibunuh oleh tentara Portugis. Pertempuran itu menandai kebangkitan perjuangan rakyat Kayoa terhadap penjajah dengan mengepung benteng tersebut selama 5 tahun pada akhir abad ke-16.


Tarian Soya-soya  waktu itu untuk mengobarkan semangat pasukan setelah meninggalnya Sultan Khairun pada 25 Februari 1570. Saat itu, Tarian Soya-soya dimaknai sebagai perang pembebasan dari Portugis hingga jatuhnya tahun 1575. Pada masa berikutnya Kesultanan Ternate menjadi penguasa 72 pulau berpenghuni di wilayah timur Nusantara hingga Mindanao Selatan di Filipina dan Kepulauan Marshall. Pakaian yang dikenakan dalam tarian ini adalah pakaian berwarna putih dan kain sambungan mirip rok berwara-warni, yaitu merah, hitam, kuning, dan hijau. Setiap penari mengenakan ikan kepala waena kuning (taqoa) yang merupakan symbol seorang prajurit perang. Perlengkapan yang digunakan adalah berupa pedang (ngana-ngana) dari bambu berhiaskan daun palem (woka) berwarna merah, kuning dan hijau, serta dipasangkan kerincing atau biji jagung di dalamnya. Selain itu, para penari juga membawa perisai (salawaku).

Musik pengiring tarian ini adalah gendang (tifa), gong (saragai), dan gong yang berukuran kecil (tawa-tawa). Gerakan di tarian ini menggambarkan terlihat seperti menyerang, mengelak dan menangkis. Jumlah penari soya-soya sendiri tidak ditentukan. Bisa hanya empat orang dan bahkan hingga ribuan penari. Masyarakat Maluku Utara sangat menjaga kelestarian tarian ini. Oleh karena itu, anak-anak di wilayah Maluku Utara sudah diajari Tari Soya-soya  sejak kecil.


4. Senjata Tradisional.


Senjata Parang dan Sawalaku, digunakan pada saat berperang, berburu hewan serta dipakai penari pria pada tarian caklele.

5. Suku
Beraneka ragam suku yang terdapat di Maluku Utara, yakni Suku Loloda, Tobaru, Sawai, Ternate, Makian Barat, Makian Timur, Pagu, Siboyo, Gane, Ange, Suku Arab dan Eropa dan yang lainnya.

  1.Suku Ternate
Suku Ternate merupakan suku bangsa yang berdiam di Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara, dan sekitarnya, dengan populasi sekitar 50.000 jiwa. Bahasa ibu orang Ternate adalah Bahasa Ternate, yang banyak memengaruhi bahasa Melayu Maluku Utara, yakni bahasa persatuan di Maluku Utara. Mata pencaharian orang Ternate, terutama adalah bertani dan melaut (mencari ikan). Komoditas pertanian yang terkenal dari kawasan ini adalah cengkeh, kelapam dan pala. Orang Ternate juga dikenal sebagai pelaut yang ulung. Menurut sensus 2010, 97% suku ternate memeluk Islam, sisanya Kristen Protestan dan sejumlah agama lainnya.

    2.Suku Moro
   Suku Moro, adalah suatu suku yang konon menurut mitos pernah hidup di pulau Morotai, salah satu pulau di kepulauan Halmahera Utara provinsi Maluku Utara Indonesia.Masyarakat kepulauan Halmahera meyakini bahwa suku Moro pernah berdiam di pulau Morotai, salah satu pulau di kepulauan Halmahera Utara. Pada masa lalu terdapat sebuah kerajaan bernama Kerajaan Jailolo yang diperintah oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Namun ketika masuknya Portugis pada 15, Kerajaan Jailolo yang rakyatnya adalah suku Moro, terdesak ke dalam hutan Morotai. Setelah itu suku Moro ini seperti raib di dalam hutan. Ada sebuah anggapan bahwa suku Moro pindah ke pulau lain, yang diperkirakan ke Filipina. Tapi kisah masyarakat Halmahera tentang suku Moro tetap menjadi cerita hangat di kalangan masyarakat Halmahera hingga saat ini. Beberapa tua-tua adat (pemuka adat atau orang yang dituakan di Morotai), mengatakan bahwa suku Moro adalah penduduk asli pulau morotai. Tidak diketahui apakah suku Moro di Morotai ada hubungan dengan suku Moro di Filipina. Belum pernah ada penelitian tentang hal ini
6. Bahasa Daerah:Bahasa Melayu Utara atau Melayu Ternate.
7. Lagu Daerah: Lagu Borero dan Moloku Kie Raha.

2.MALUKU.
1. Rumah Adat
Rumah adat Maluku dinamakan Baileo. Baileo dipakai untuk tempat pertemuan, musyawarah dan upacara adat yang disebut Saniri Negeri. Rumah tersebut merupakan panggung dan dikelilingi oleh serambi. Atapnya besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedangkan dindingnya dari tangkai rumbai yang disebut.


Rumah Adat Maluku (Baileo)
2. Pakaian AdatPrianya memakai pakaian adat berupa setelann jas berwarna merah dan hitam, baju dalam yang berenda dan ikat pinggang. Sedangkan wanitanya memakai baju Cele, semacam kebaya pendek, dan berkain yang disuji. Perhiasannya berupa anting anting, kalung dan cincin. Pakaian ini berdasarkan adat Ambon.


3. Tarian tarian Daerah Maluku
a. Tari Lenso, merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan masyarakat Maluku.
b. Tari Cakalele, adalah tari perang yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa.
c. Tari Cakaola, merupakan jenis tari pergaulan yang digarap berdasarkan unsur unsur gerak tari tradisional Orlapei dan Saureka reka. Tari ini biasannya ditarikan untuk memeriahkan pesta pesta atau dipertunjukkan dalam rangka manjamu tamu tamu terhormat.
Tari Cakalele
4. Senjata Tradisional
Senjata tradisional yang terkenal di Maluku adalah Parang Salawaku. Panjang parang 90-100cm, sedangkan Salawaku (perisainya) dihiasi dengan motif motif yang melambangkan keberanian.
Parang tersebut terbuat dari bahan besi yang keras dan ditempa oleh seorang pandai besi khusus. Tangkai parang terbuat dari kayu keras, seperti kayu besi atau kayu gupasa. Sedangkan Salawaku (perisainya) terbuat dari kayu yang keras pula. Selain untuk keperluan perang, parang salawaku dipakai pula dalam menarika tari Cakalele.
Parang Salawaku
5. Suku : Suku dan marga yang terdapat didaerah Maluku adalah : Rana, Alifuru, Togitil, Furu Aru, dan lain lain
6. Bahasa Daerah :
Togitil, Furu Aru, dan Ahfuru.
7. Lagu Daerah :
Kole kole, Mande mande, Rasa Sayang  Sayange.

Sumber :http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/04/kebudayaan-maluku.html
https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/11/kebudayaan-provinsi-maluku-utara.html
Share:

1 comment:

  1. HIS Graha Elnusa
    Menikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography. Kenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami. Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)

    ReplyDelete

Clock

visitor

Search This Blog

Blog Archive

Powered by Blogger.

Song

Budaya Jawa

Mengenal Budaya Jawa Menurut kamus KBBI, Budaya diartikan sebagai pikiran, akal budi, atau adat istiadat. Menurut Koentjaraningrat seba...

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.